Sabtu, 22 Februari 2014

forest is your life: AKAR (RADIX)

forest is your life: AKAR (RADIX): AKAR (RADIX) Sifat-sifat akar : Bagian tumbuhan yang umumnya terdapat di dalam tanah. Arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) atau menuju ke a...



Buat yang lagi belajar SPT 1, bisa belajar akar di sini ... Kalo liat gambarnya kan lebih cepet hafal :P

JEJAK: Hasil Rekayasa genetik

JEJAK: Hasil Rekayasa genetik: Terkaang kita menemukan hasil rekayasa genetik yang hampir tidak dapat kita kenali, bahkan di anggap sebagi kemajuan tehnologi mutakhir. Bah...







Sempet gak percaya sih :( tapi kalo bener ada, ini merupakan salah satu kemajuan biologi di bidang rekayasa genetika . patut diacungi jempol (y)

nonisoraya's: KOTA TERBURUK SEDUNIA

nonisoraya's: KOTA TERBURUK SEDUNIA: Polusi merupakan masalah yang sering dihadapi oleh banyak kota di dunia. Polusi merupakan ancaman serius bagi kehidupan manusia apabila ti...



Semoga negara di Indonesia tidak akan pernah masuk dalam kandidatnya :P

nonisoraya's: Asal nama Indonesia

nonisoraya's: Asal nama Indonesia: Sejarah nama Indonesia menurut wikipedia muncul pada masa penjajahan India-Belanda, nama Indonesia pertama kali digunakan oleh dua orang In...



 Sudah sepatutnya kita lebih mengenal dan memperbaiaki negara sendiri :P bukan malah merusaknya :D

EKOSISTEM




 








LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR
“MENGENAL EKOSISTEM”




Oleh:
Nurvita Wahyu Kristanti
130210103080





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013


I.                   Judul
Mengenal Ekosistem

II.                Tujuan
Untuk mengenal komponen-komponen yang terdapat di dalam ekosistem dan kedudukannya dalam ekosistem

III.             Dasar Teori
Ekosistem adalah suatu sistem di alam di mana di dalamnya terjadi hubungan timbal balik antara organisme dengan organisme yang lainnya, serta kondisi lingkungannya. Ekosistem lengkap terdiri atas komponen abiotik dan biotik.
Eksistem dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok organisme yang saling berinteraksi satu sama lain, dan berinteraksi pula terhadap lingkungannya secara terus menerus (Sudarmadji, 2004 : 19).
Berdasarkan sistem energinya, ekosistem dibedakan menjadi ekosistem tertutup dan ekosistem terbuka. Sedangkan berdasarkan habitatnya, ekosistem dibedakan menjadi ekosistem daratan (hutan, padang rumput, semak belukar, ekosistem tegalan) dan ekosistem perairan (tawar, payau, asin) (Joko Waluyo, 2013 : 23).
Ekosistem terdiri dari komponen biotik dan abiotik,
1.       Komponen Biotik
Biotik adalah mahluk hidup. Lingkungan biotik suatu mahluk hidup adalah seluruh mahluk hidup, baik dari spesiesnya sendiri maupun dari spesies berbeda yang hidup di tempat yang sama. Dengan demikian, dalam suatu tempat , setiap mahluk hidup merupakan lingkungan hidup bagi mahluk hidup lain. Komponen-komponen biotic terdiri dari berbagai jenis mikroorganisme, jamur, ganggang, lumut, tumbuhan paku, tumbuhan tingkat tinggi, invertebrata dan vertebrata serta manusia (Aryulina, 2004 : 268).
2.       Komponen Abiotik
Abiotik adalah bukan mahluk hidup atau komponen tak hidup. Komponen abiotik merupakan komponen fisik dan kimia tempat hidup mahluk hidup. Contoh komponen abiotik antara lain suhu, cahaya, air, kelembapan, udara, garam-garam mineral, dan tanah (Aryulina,  2004 : 268).
a.       Suhu
Suhu atau temperatur adalah derajat energi panas. Sumber utama energi panas adalah radiasi matahari. suhu merupakan komponen abiotik di udara , tanah, air. Suhu sangat diperlukan oleh setiap mahluk hidup, berkaitan dengan reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup (Aryulina, 2004 : 268).
b.      Cahaya
Cahaya merupakan salah satu energi yang bersumber dari radiasi matahari. cahaya matahari terdiri dari beberapa macam panjang gelombang. Jenis panjang gelombang, intensitas cahaya, dan lama penyinaran cahaya matahari dengan panjang gelombang tertentu untuk proses fotosintesis (Aryulina, 2004 : 269).
c.       Air
Air terdiri dari molekul-molekul H2O. Air dapat berbentuk padat, cair dan gas. Di alam, air dapat berbentuk gas berupa uap air. Dalam kehidupan, air sangat diperlukan oleh makhluk hidup karena sebagian besar tubuhnya mengandung air (Aryulina, 2004 : 269).
d.      Kelembapan
Kelembapan merupakan salah satu komponen abiotik di udara dan tanah. Kelembapan di udara berarti kandungan uap air di udara, sedangkan kelembapan di tanah berarti kandungan air dalam tanah. Kelembapan diperlukan oleh mkhluk hidup agar tubuhnya tidak cepat kering karena penguapan. Kelembapan yang diperlukan setiap makhluk hidup berbeda-beda (Aryulina, 2004 : 269).
e.       Udara
Udara terdiri dari berbagai macam gas, yaitu nitrogen (78,09%), oksigen (20,93%), karbon dioksida (0,03%) dan gas-gas lainnya. Nitrogen diperklukan makhluk hidup untuk membentuk protein. Oksigen digunakan mahluk hidup untuk bernapas. Karbin dioksida digunakan tumbuhan utnuk fotosintesis (Aryulina, 2004 : 269).
f.       Garam-garam mineral
Garam-garam mineral antara lain ion-ion nitrogen. Fosfat, sulfur,kalsium dan natrium. Komposisi garam mineral tertentu menentukan sifat tanah dan air (Aryulina, 2004 : 269).
g.      Tanah
Tanah merupakan hasil pelapukan batuan yang disebabkan oleh iklim atau lumut, dan pembusukan bahan organic. Tanah memilki sifat,tekstur dan kandungan garam mineral tertentu (Aryulina, 2004 : 269).
Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.
a.         Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar 200 m.
b.        Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalaman 200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.
c.         Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
d.        Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m; tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah ini.
e.         Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman lebih dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan ikan Taut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di  tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu (Purnomo, dkk. 2005 : 117).
Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif (Purnomo, dkk. 2005:117).
Ekosistem buatan adalah ekosistem yang diciptakan manusia utnuk memenuhi kebutuhannya. Contohnya bendungan, agroekosistem berupa sawah tadah hujan, sawah irigasi (Aryulina, 2004 : 278).
Hubungan antara organisme satu dengan yang lainnya dan dengan semua komponen lingkungannya sangat kompleks (rumit), dan bersifat timbale balik  (Resosoedarmo, 1986).
Ekosistem merupakan konsep sentral dalam ekologi karena ekosistem (sistem ekologi) itu terbentuk oleh hubungan timbale balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya (Soemarwoto, 1983).
Istilah ekosistem pertama kali diusulkan oleh seorang ahli ekologi berkebangsaan Inggris bernama A.G. Transley pada tahun 1935, meskipun tentu saja konsep itu sama sekali bukan merupakan konsep yang baru. Terbuktu bahwa sebelum akhir tahu 1800-an, pernyataan resmi tentang istilah dan konsep yang berkaitan dengan ekosistem mulai terbit cukup menarik dalam literature-literatur ekologi di Amerika, Eropa, dan Rusia (Odum, 1993).
Suatu ekosistem dapat diibaratkan sebuah pesawat antariksa yang didesain untuk menjaga kehidupan para astronot pada kurun waktu tertentu. Secara teori pemeliharaan pesawat antariksa dapat dilakukan sangat sederhana, yaitu sebuah tangki besar yang di dalamnya disediakan algae mikroskopis yang diletakkan di jendela pesawat tersebut. Hal ini dimaksudkan agar algae yang diletakkan di jendela terkena sinar matahari sehingga dapat melakukan fotosintesis. Dalam proses ini algae menyerap karbon dioksida dan air, dan dengan menggunakan energi dari sinar matahari untuk membuat bahan dasar menjadi glucose yang kaya akan energy. Pada tahap selanjutnya, algae menggunakan glucose dan nutrisi tambahan yang berasal dari larutan yang ada dalam tangki untuk memelihara pertumbuhannya dan pembelahan sel. Pada proses fotosintesis, algae juga menghasilkan oksigen yang dapat dimanfaatkan oleh astronot untuk bernafas dalam tangki tersebut.  Astronot bernafas juga memerlukan oksigen dan melepaskan karbon dioksida, dan merupakan gas yang dibutuhkan oleh algae dalam proses fotosintesis. Begitu juga ketika astronot lapar dan haus, mereka juga dengan mudah memanfaatkan algae yang ada dalam tangki untuk sup sebagai makanan mereka. Pada waktu akan membuat sup berikutnya, algae akan memproduksi sejumlah bagian algae yang telah dimanfaatkan oleh astronot. Tentu saja astronot mengeluarkan kotoran dan dalam kurun waktu tertentu terjadi penguraian (dekomposisi), akhirnya akan menghasilkan air dan nutrisi ke dalam tangki yang dibutuhkan algae sebagai bahan kehidupannya (Nebel, 1981).
Organisme terdapat di laut, di padang pasir, di hutan atau sebagainya. Setiap organisme hidup dalam lingkungan masing-masing. Lingkungan biotik dan abiotik (Soemarwoto. 1989 : 73).
Siklus nutrisi adalah perpindahan unsure kimia dari lingkungan ke dalam tubuh organisme hidup, dan dari organisme hidup kembali ke lingkungan. Secara keseluruhan pengertian siklus nutrisi dapat dijelaskan dengan konsep organik dan anorganik. Istilah organic adalah berasal dari kata organisme, yang menunjukkan suatu kehidupan, apakah sebagai kehidupan: tumbuhan, hewan, atau mikroba. Jadi organik dalam pengertian umum berarti semua benda yang hidup (organisme) yang meliputi monera, protista, fungi, tumbuhan, dan hewan. Sebaliknya anorganik menunjukkan segala sesuatu yang berasal bukan dari organisme hidup. Contoh batuan, mineral, metal, udara, dan air yang senantiasa dibutuhkan oleh makhluk hidup tetapi ini semua bukan makhluk hidup, karena disebut anorganik (Sudarmadji, 2004 : 16).
Prinsip kedua dalam ekosistem adalah kebutuhan energy bagi organisme. Kebutuhannya dapat dimengerti dengan mudah atau dengan menganalogikan, jika kita hendak membangun sebuah rumah, yang oertama kali kita butuhkan tentu kebutuhan dasar rumah. Misalnya batu, pasir, batu merah, semen, paku, dan lain-lain; kemudian kita baru menyusun material tersebut menjadi sebuah rumah. Tentu saja  kegiatan membangun rumah ini membutuhkan energi (Sudarmadji, 2004 : 17).
Energy yang dimiliki oleh setiap organisme hidup adalah energy kimia yang diperoleh dari makanannya dalam bentuk protein, karbohidrat, lemak, dan sebagainya. Energy tersebut diciptakan pertama kali pada tingkatan produsen, yaitu tum buhan hijau dengan mengubah energy matahari ke dalam bentuk energy potensial. Energy potensial adalah energy yang tersimpan dan dapat digunakan untuk melakukan kerja, contohnya protein, karbohidrat, dan lemak. Adapun energi kinetik merupakan energy yang terlepaskan atau energy yang dibebaskan oleh organisme berupa energy gerak (Indriyanto, 2010 : 29).
Komunitas dari suatu ekosistem berinteraksi satu sama lain dan juga berinteraksi dengan lingkungan abiotik. Interaksi suatu organisme dengan lingkungannya terjadi utnuk kelangsungan hidupnya. Struktur trifik terdiri dari tingkat-tingkat trofik. Tingkat trofik pertama adalah kelompok organisme autotrof. Tingkat trofik kedua dan selanjutnya adalah kelompok organisme heterotrof. Organisme autotrof disebut juga produsen. Organisme heterotrof disebut juga konsumen. Konsumen primer adalah organisme pemakan produsen atau disebut herbivore. Konsumen sekunder merupakan organisme pemakan konsumen primer (karnivora). Konsumen tersier adalah organisme pemakan konsumen sekunder (Aryulina, 2004 : 279-280).
Cahaya matahari merupakan sumber utama energy bagi kehidupan. Energy cahaya matahari masuk ke dalam komponen biotic melalui produsen. Oleh produsen, energy cahaya matahri di ubah menjadi energy kimia. Energy kimia mengalir dari produsen ke konsumen dari berbagai tingkat trofik melalui jalur rantai makanan. Energy kimia yang diperoleh organisme digunakan untuk kegiatan hiduonya sehingga dapat tumbuh dan berkembang (Aryulina, 2004 : 281).
Kekekalan struktur suatu ekosistem menghasilkan satu macam organisme dalam suatu kelompok yang diwakili tidak hanya individu-individu yang statis, melainkan oleh perkembangbiakan populasi. Masing-masing populasi adalah dapat berubah pada perubahan genetika, sebagai respon terhadap perubahan lingkungan yang berlangsung sedikit demi sedikit; sebagi dasar generika dari perubahan populasi, maka seluruh struktur ekosistem dapat secara berangsur-angsur mengalami perubahan pula (Nebel, 1981).
Materi, seperti energi, tidak bisa diciptakan atau dihancurkan. Hukum kekekalan masaa (law of conservation mass) ini sama pentingnya dengan hukum-hukum termodinamika bagi para ahli ekologi ekosistem. Karena massa bersifat kekal, kita dapat menentukan seberapa banyak unsur kimia yang didaur di dalam suatu ekosistem, atau diperoleh atau hilang dari ekosistem itu seiring waktu (Campbell, 2008 : 407).
Ekosistem merupakan kesatuan dari seluruh komponen yang membangunnya. Di dalam suatu ekosistem terdapat proses yang saling terkait dan memeranguhi antar sema komponen. Pada suatu ekosistem terdapat komponen yang hidup (biotic) dan komponen tak hidup (abiotik).
Dalam ekosistem, keberadaan komponen abiotik sangat mempengaruhi komponen bitik. Misal: tumbuhan dapat hidup baik apabila lingkungan memberikan unsur-unsur yang dibutuhkan tumbuhan tersebut, yaitu air, udara, cahaya, dan garam-garam mineral. Begitu juga sebaliknya komponen biotik sangat mempengaruhi komponen abiotik. Misal: tumbuhan yang ada di hutan sangat memengaruhi keberadaan air, sehingga mata air dapat bertahan dan tanah menjadi subur. Tetapi apabila tidak ada tumbuhan, air tidak dapat tertahan sehingga dapat menyebabkan tanah longsor dan menjadi tandus (Rahmawati, 2012 : 58).
Ketergantungan antar komponen biotic dapat terjadi melalui :
1.      Rantai makanan
Yaitu perpindahan materi dan energy melalui proses makan dan dinamakan dengan urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi. Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan adalah tumbuhan, maka tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau sebagai produsen.
2.      Jaring-jaring makanan, yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga membentuk seperti jaringan-jaringan. Jaringan-jaringan makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu jenis makhluk hidup lainnya.
Ketergantungan antara komponen biotic dan abiotik dapat terjadi melalui siklus materi seperti :
1.      Siklus karbon
2.      Siklus air
3.      Siklus nitrogen
4.      Siklus sulphur
Siklus ini berfungsi untuk mencegah suatu bentuk materi menumpuk pada suatu tempat. Ulah manusia telah membuat suatu sistem yang awalnya siklis menjadi nonsiklis, manusia cenderung mengganggu kesetimbangan lingkungan (Hutagalung, 2010 :  14-15).
Telah dijelaskan bahwa interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya membentuk ekosistem. Dengan beranekaragamnya kondisi lingkungan dan keanekaragaman hayati, maka terbentuklah keanekaragaman ekosistem. Masing-masing ekosistem memiliki keanekaragaman makhluk hidup tertentu pula. Beberapa ekosistem itu antara lain :
1.      Ekosistem hutan bakau, terdapat di daerah pantai.
2.      Ekosistem hutan hujan tropis, terdapat di sebagian besar kepulauan Indonesia.
3.      Ekosistem padang rumput (Savana).
4.      Ekosistem sawah, terdapat di daerah pertanian.
5.      Ekosistem kota, terdapat di perkotaan (Syamsuri, 2004 : 99).
Tahapan pokok bekerjanya ekosistem adalah sebagai berikut :
a.       Penerimaan radiasi energy matahari.
b.      Penyusunan bahan organik dari bahan anorganik oleh produsen.
c.       Pemanfaatan produsen oleh konsumen dan selanjutnya diolah dengan sangat teliti.
d.      Setelah produsen dan konsumen mati senyawa organic kompleks diubah dan akhirnya menjadi bentuk yang tersedia untuk digunakan kembali oleh produsen (Sedhana, 1983 : 49-50).

IV.            
VI.             Hasil Pengamatan
a.       Biotik
Komponen
Jumlah
Presentase
Keseluruhan
Perkomponen
Nyamuk
13





60%
4,78%
Lalat
1
0,37%
Semut
23
8,46%
Tumbuhan A
108
39,75%
Tumbuhan B
5
1,84%
Rumput Teki
13
4,78%
Jumlah
163
59,98%

b.      Abiotik
Komponen
Jumlah
Presentase
Keseluruhan
Perkomponen
Plastik
19


40%
4,45%
Daun mati
47
11%
Batu
103
24%
Kawat
2
0,47%
Jumlah
171
39,92%

VII.          Pembahasan
            Dalam praktikum kali ini akan mencoba Mengenal Ekosistem. Dalam praktikum ini kita memiliki tujuan yaitu untuk mengenal komponen-komponen yang terdapat di dalam ekosistem dan kedudukannya dalam ekosistem. Untuk dapat memenuhi tujuan tersebut, maka kita perlu mempersiapkan segala alat dan bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan praktikum ini. Alat-alat yang dibutuhkan adalah tali rafia yang kita gunakan untuk membatasi daerah pengamatan seluas 1 x 1 m2 dan kita ikatkan pada pasak. Alat yang kedua adalah berupa pasak yang kita tanamkan ke dalam tanah di daerah pengamatan tersebut. Alat selanjutnya adalah kantong plastik, dan yang terakhir alat tulis agar kita dapat mendata hasil pengamatan. Dalam pelaksanaan praktikum ini kita juga memerlukan beberapa bahan, yaitu sebuah ekosistem daratan yang berada di sekitar kampus seluas 1 x 1 m2.
Untuk mendapatkan hasil percbaan dan untuk membandingkan hasilnya, kita harus melakukan beberapa langkah percobaan. Langkah yang pertama adalah menentukan ekosistem daratan manakah yang akan diamati. Kemudian kita menentukan daerah pengamatan dengan membuat kuadran 1 x 1 m2 pada daerah pengamatan. Langkah selanjutnya adalah melakukan inventarisasi mengenai komponen abiotik dan komponen biotik yang terdapat di dalamnya. Setelah itu kita menentukan berdasarkan kelengkapan komponen yang teramati dalam ekosistem tersebut. Dan langkah yang terakhir adalah membuat diagram yang menghubungkan komponen-komponen dalam ekosistem tersebut dan daur energy yang ada di dalamnya.
Dalam praktikum kali ini kita memilih halaman yang berada di sebelah utara gedung Biologi. Setelah kita selesai menenukan tempat yang pas, kami memasang pasak seluas 1 x 1 m2 yang ditanamkan di setiap sudut-sudutnya. Setelah itu kami memasang rafia dan mengamati komponen-komponen apa saja yang ada di dalam ekosistem tersebut.
Kami mengamati komponen-komponen biotik yang ada di dalam daerah pengamatan. Komponen biotic tersebut berupa 13 ekor nyamuk yang berterbangan, 1 buah lalat, 23 buah semut yang bersembunyi di bawah daun-daun dan juga ada yang keluar dari dalam tanah. Di sini terdapat 2 buah tanaman yang tidak kami ketahui namanya, sehingga kami sebut dengan tanaman A, tanaman itu berjumlah 108 buah. Ciri-ciri tanamannya yaitu daunnya sejajar, warna daunnya hijau dan kecil, akarnya serabut, batangnya tidak berkayu, memiliki cirri-ciri batang mendekati rumput teki yaitu batangnya berada di bawah langsung menyatu dengan akar dan tangkai daun, sehingga tangkai daun itu nampak seperti batang.
Komponen biotic lain yang kami temukan adalah tanaman yang juga tidak kami ketahui namanya dengan, sehingga kami memberinya nama tanaman B, tanaman ini berjumlah 5 buah. Ciri-ciri morfologinya adalah tipe daunnya menyirip, berwarna hijau dan agak tebal, memiliki akar yang tunggang, terdapat stolon yang menghubungkan akar yang satu dengan akar yang lain, sehingga beberapa batangnya tumbuh dengan akar yang menyatu, batangnya berkayu meskipun ukurannya kecil.
Selain itu, kami juga mendapati ada 13 buah tanaman rumput teki, yang kita tahu cirri-cirinya yaitu memiliki akar yang serabut, daunnya sejajar dan bewarna hijau, batangnya tidak berkayu. Jumlah frekuensi seluruh komponen biotik adalah 13+1+23+108+5+13 yaitu 163.  Setelah kami mendata semua komponen biotiknya, kemudian kami menghitung prosentase komponen biotik tersebut secara keseluruhan dengan menggunakan rumus,
.
Kemudian kami menghitung prosentase perkomponennya dengan menggunakan rumus,
.
Untuk yang pertama kami menghitung prosentase nyamuk dalam ekosistem tersebut,
  .
Komponen yang kedua adalah lalat,
.
Komponen yang ketiga adalah semut,
.
Komponen yang keempat adalah tumbuhan A,
.
Selanjutnya adalah komponen yang kelima yaitu tumbuhan B,
.
Dan komponen abiotik yang terakhir
.
Dari hasil perhitungan diatas dapat kita deskripsikan bahwa komponen biotik yang menempati urutan pertama adalah tanaman A dengan prosentase 39,75%, diikuti dengan semut, dengan prosentase 8,46%. Diurutan ke tiga ada nyamuk dan rumput teki dengan prosentase yang sama, yaitu sebesar 4,78%, kemudian diurutan keempat ada tanaman B dengan perolehan prosentase 1,84%. Dan di urutan terakhir ada lalat dengan prosentase sebesar 0,37%.
            Sedangkan pada komponen abiotiknya, kami melihat ada 19 buah plastik makanan yang tercecer, kemudian kami juga menghitung ada 47 buah daun mati yang kemungkinan terkena angin atau merupakan daun yang berguguran. Kami juga menghitung ada 103 buah batu kecil yang mendiami daerah pengamatan yang kami tentukan. Kami juga melihat ada 2 buah kawat yang tercecer di daerah pengamatan kami. Dan kami juga menemukan komponen-komponen abiotik yang tidak dapat kami hitung jumlah atau intensitasnya, seperti tanah, air, udara, cahaya matahari, dan suhu. Jumlah frekuensi seluruh komponen abiotik adalah 19+47+103+2 yaitu 171.  Setelah kami mendata semua komponen abiotiknya, kemudian kami menghitung prosentase komponen abiotik tersebut secara keseluruhan dengan menggunakan rumus,
.
Kemudian kami menghitung prosentase perkomponennya dengan menggunakan rumus,
.
Untuk yang pertama kami menghitung prosentase plastic dalam ekosistem tersebut,
  .
Komponen yang kedua adalah daun mati,
.
Komponen yang ketiga adalah batu,
.
Dan komponen abiotik yang terakhir adalah kawat,
.
Dari hasil perhitungan diatas dapat kita deskripsikan bahwa komponen abiotik yang menempati urutan pertama adalah batu dengan prosentase 24%, diikuti dengan daun mati dengan prosentase sebesar 11%, kemudian diurutan ketiga ada plastic dengan perolehan prosentase 4,45%, dan urutan yang paling rendah adalah kawat dengan perolehan prosentase 0,47%.
Dalam ekosistem yang berada di sebelah utara gedung biologi yang terdiri atas wilayah seluas 1 x 1 m2 ini dimungkinkan adanya hubungan yang saring mempengaruhi. Misalkan saja, daun yang mati dapat menjadi humus sehingga kandungan mineral dalam tanah dapat terpenuhi sehingga tumbuhan dapat hidup dengan baik. Selain itu tanah juga sebagai media tanam dari tumbuhan-tumbuhan yang ada di lokasi tersebut yang mampu menyimpan air dan zat mineral. Tanah juga menjadi tempat tinggal semut, di dalam ekosistem ini diperlukan adanya decomposer untuk menguraikan pastik yang membutuhkan waktu penguraian yang cukup lama.
Ekosistem terbuka adalah sebuah ekosistem yang mendapatkan masukan energi dari luar ke dalam sistem tersebut, sedangkan ekosistem tertutup tidak mendapatkan energi dari luar.
Di dalam sebuah ekosistem, terdapat pengaruh-pengaruh abiotik yang kadang tidak kasat mata atau tidak dapat kita hitung jumlahnya. Pengaruh abiotik yang pertama adalah cahaya matahari. Cahaya matahari adalah komponen abiotik utama yang berguna sebagai sumber energi primer bagi kehidupan. Terlebih bagi tumbuhan dan makhluk hidup autotrof lainnya untuk berfotosintesis. Sehingga kebutuhan mendasar dari sebuah aliran energy dapat terpenuhi. Cahaya matahari dapat kita lihat secara kasat mata, tetapi tidak dapat kita sentuh dan kita hitung jumlahnya. Cahaya matahari memiliki beberapa spectrum yang bebeda-beda. Tak semua spektrum sinar matahari bermanfaat untuk fotosintesis, hanya cahaya tampak merah, nila dan biru yang mampu membantu turut berjalannya proses fototsintesis. Penyebaran cahaya matahari dipermukaan bumi juga tak merata. Adanya penyusupan cahaya lain ke dalam air juga terbatas, oleh sebab itu setiap organisme memiliki cara tersendiri untuk beradaptasi terhadap unsur-unsur cahaya tersebut. Faktor cahaya juga berkaitan dengan faktor suhu. Meskipun suhu dapat kita rasakan, namun suhu tersebut tidak dapat kita sentuh dan kita lihat secara kasat mata. Makhluk hidup memiliki suhu optimum tertentu untuk kelangsungan hidupnya. Reaksi kimia dalam tubuh organisme juga sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Sempitnya sebaran suhu yang memungkinkan proses biokimia dapat berlangsung secara efisien, menunjukan jika organisme di manapun mereka hidup. Suhu adalah komponen yang sangat berpengaruh terhadap proses fisiologis yang berlangsung dalam tubuh makhluk hidup. Proses fisiologis dalam tubuh makhluk hidup memerlukan enzim. Aktivitas enzim sendiri sangat dipengaruhi oleh suhu. Enzim bisa bekerja dengan kisaran toleransi suhu yang relatif sempit. Oleh sebab itu, setiap makhluk hidup selalu menghindari perubahan suhu lingkungan yang ekstrim dan berusaha untuk mendapatkan suhu optimum supaya tak menggangu proses fisiologis dalam tubuhnya.
Selain cahaya matahari dan suhu, juga terdapat abiotik lainnya yaitu air. Air juga merupakan komponen besar bagi penyusun tubuh makhluk hidup selain menjadi tempat hidup bagi makhluk hidup yang tinggal dalam air. Oleh sebab itulah air adalah salah satu komponen yang juga menjadi penentu kelangsungan hidup makhluk hidup penyusun ekosistem. Beberapa fungsi air adalah sebagai pelarut mineral-mineral, sebagai tempat hidup atau habitat bagi organisme yang hidup di air, pertumbuhan tumbuhan, perkecambahan, dan penyebaran biji, beberapa dalam fotosintesis, bagi manusia, air diperlukan sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, bagi unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut dan pelapuk,mengabsorbsi temperature dengan baik/ mengatur temperature di dalam tanaman, menciptakan situasi emperatur yang konstan. Perubahan kehidupan dari air ke darat pada beberapa organisme atau siklus organisme selalu terbentuk pada cara mengatasi kekurangan  air. Masalah lain yang dihadapi organisme darat di daerah kering adalah tanpa air tidak ada kehidupan dan sebaliknya, jika ada air maka aka nada kehidupan. Adapun sifat air terdiri atas sifat kimia air. Kepekatan air berhubungan dengan salinitas air, karena bervariasinya garam mineral yang terlarut dalam air. Hal ini sangat mempengaruhi pola kehidupan organisme. Pola kehidupan orgnisme di air yang salinitasnya rendah sangat berbeda dengan pola kehidupan organism di air yang salinitasnya tinggi. Selain itu ada sifat jelek air, yaitu aliran air yang deras, suhu air yang tinggi dan keadaan air lain yang merugikan organisme lain.      Keberadaan air dalam setiap ekosistem sangat menentukan kelangsungan hidup semua organisme yang ada di dalamnya.. kandungan air di berbagai lingkungan berbeda. Oleh karena itu, pada kondisi lingkungan yang kandungan airnya berbeda akan ditemukan organisme yang berbeda.Seperti ikan yang hidup di air tawar berbeda dengan ikan yang hidup di laut.
Pengaruh abiotik lainnya yang juga sangat berpengaruh terhadap ekosistem yaitu udara. Udara atau gas merupakan komponen penyusun atmosfer bumi yang hanya dapat kita rasakan dan tidak dapat kita sentuh dan lihat secara kasat mata. Komponen udara seperti oksigen, karbon dioksida, nitrogen dan hidrogen juga termasuk komponen terpenting untuk kehidupan makhluk hidup baik untuk pernafasan, metabolisme tubuh dan siklus-siklus lain. Sebagian gas-gas yang ada diudara akan turun ke tanah dan mampu bersenyawa dengan tanah sehingga menyebabkan tanah lebih subur karena kaya akan zat dan mineral. Pengaruh abiotik yang selanjutnya adalah kelembaban. Kelembaban adalah jumlah kadar air yang terdapat di udara dan biasanya dapat diukur dengan alat bernama Hygrometer yang memiliki satuan persen (%). Kelembaban udara ini sangat berpengaruh terhadap evapotranspirasi (penguapan air). Evapotranspirasi yang terjadi pada makhluk hidup memiliki pengaruh terhadap kesediaan air dalam tubuh makhluk hidup. Ketersediaan air dalam tubuh makhluk hidup ini tentu memberikan pengaruh yang begitu besar terhadap proses metabolisme tubuh. Pengaruh abiotik lainnya adalah arus angin.
Angin adalah pergerakan udara yang disebabkan oleh perbedaan suhu antara tempat-tempat tertentu. Arus angin juga disebut dengan aliran angin yang mengalir di alam. Arus angin ini berfungsi untuk menjaga kesuburan tanah, dimana arus angin memiliki pengaruh terhadap penguapan air dari daun tumbuhan dan hewan. Ekosistem juga dipengaruhi faktor abiotik berupa pH (potensial Hidrogen/Derajat Keasaman). Kondisi tanah atau air maupun media hidup makhluk hidup dilingkungan disebut juga dengan pH. pH memiliki pengaruh terhadap kecepatan metabolisme dan kemampuan adaptasi makhluk hidup yang mendiaminya sehingga dapat berpengaruh terhadap distribusi makhluk hidup dimuka bumi. Iklim juga turuh mempengaruhi ekosistem. Iklim adalah keadaan cuaca (kelembaban udara, suhu, curah hujan dan sebagainya). Sepanjang tahun, suhu disuatu tempat akan berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah dan distribusi tumbuhan dan hewan. Topografi juga turut mempengaruhi sebuah ekosistem. Topografi merupakan faktor altitude (ketinggian suatu tempat dari permukaan laut) dan latitude (letak lintang suatu tempat yang diukur dari khatulistiwa) suatu tempat. Topografi juga disebut dengan kombinasi antara posisi lintang suatu tempat dipermukaan bumi dengan tinggi rendahnya permukaan laut. Topografi ini berpengaruh terhadap ikilm, sedangkan iklim sendiri sangat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah yang juga akan memberikan pengaruh terhadap persebaran makhluk hidup. Arus dan ombak juga mempengaruhi sebuah ekosistem terutama ekosistem air. Arus air dan ombak merupakan pola pergerakan air yang disebabkan oleha rus angin ataupun gaya gravitasi bumi. Arus air dan ombak ini memiliki pengaruh terhadap pola adaptasi makhluk hidup sehingga dapat bertahan dalam ekosistemnya. Dan komponen abiotik lain yang mempengaruhi sebuah ekosistem adalah salinitas. Kepentingan salinitas dapat dilihat secara tajam di spesies laut dan air tawar. Salinitas juga berpengaruh terhadap distribusi hewan-hewan di daerah pasang surut atau pertemuan sungai dan laut. Hewan-hewan di area ini mempunyai kemampuan untuk adaptasi fisiologi atau adaptasi tingkah laku untuk dapat bertahan terhadap turun naiknya (fluktuasi) salinitas harian yang mengikuti irama psang surut air laut. Tak lupa pengaruh tanah bagi ekosistem, k
eberadaan suatu ekosistem juga dipengaruhi oleh kondisi tanah. Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme terutama tumbuhan. Adanya tumbuhan akan menjadikan suatu daerah memiliki berbagai organisme pemakan tumbuhan dan organisme lain yang memakan pemakan tumbuhan tersebut, artinya tanah mempengaruhi kelangsungan hidup organisme dalam suatu ekosistem. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan. Manusia dapat memanfaatkan tanah lebih besar dibandingkan dengan organism lain, namun perlakuan manusia yan berlebihan pada tanah dapat menyebabkan hilangnya kesuburan tanah dan tanah menjadi gersang. Tanah terbentuk dari proses pengahncran atau pelapukan dari batuan induk menjadi bentuk- bentuk berupa partikel yang sangat halus. Hujan, angin, air, suhu, aliran sungai, salju serta lumut kerak (Lichenes) merupakan factor-faktor yang berperan dalam proses terjadinya tanah. Proses ini dikenal dengan istilah hancuran iklim. Tanah tersusun atas bahan-bahan mineral 45%, bahan organik 5%, air 25%, dan udara 25%, Bagi kehidupan tanaman, tanah dengan komponen penyusunnya yang menyatu berfungsi sebagai media tempat geraknya tanaman, gudang unsur hara bagi keperluan nutrisi tanaman, tempat pesediaan air bagi tanaman, dan tempat persediaan oksigen tanah. Tanah meupakan medium yang porous. Dapat menahan air, dapat meneruskan sebagian yang berasal dari air hujan maupun air dalam tanah itu sendiri. Kualitas tanah bisa dilihat dari derajat keasaman (pH), tekstur (komposisi partikel tanah), dan kandungan garam mineral atau unsur haranya.
            Sesuai dengan teori yang ada, bahwa antara komponen biotik dan komponen abiotik dimanapun itu akan selalu membentuk sebuah rantai makanan, jaring-jaring makanan, aliran energy, maupun siklus nutrisi. Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan antara makhluk hidup dengan urutan tertentu. Dalam rantai makanan ada makhluk hidup yang berperan sebagai produsen,  konsumen, dan dekomposer. Pada rantai makanan tersebut terjadi proses makan dan dimakan dalam urutan tertentu.  Tiap tingkat dari rantai makanan dalam suatu ekosistem disebut tingkat trofik. Pada tingkat trofik pertama adalah organisme yang mampu menghasilkan zat makanan sendiri yaitu tumbuhan hijau atau organisme autotrof dengan kata lain sering disebut produsen. Organisme yang menduduki tingkat tropik kedua disebut konsumen  primer atau konsumen I. Konsumen I biasanya diduduki oleh hewan herbivora. Organisme yang menduduki tingkat tropik ketiga disebut konsumen sekunder atau Konsumen II, diduduki oleh hewan pemakan daging yang disebut karnivora dan seterusnya. Organisme yang menduduki tingkat tropik tertinggi disebut konsumen puncak. Jaring-jaring makanan adalah gabungan dari rantai-rantai makanan yang berhubungan dikombinasikan atau digabung, yang tumpang tindih dalam ekosistem. Aliran energi dalam ekosistem adalah proses berpindahnya energi dari suatu tingkat trofik ke tingkat trofik berikutnya yang dapat digambarkan dengan rantai makanan atau dengan piramida biomasa. Ekosistem mempertahankan diri dengan siklus energi dan nutrisi yang diperoleh dari sumber eksternal. Pada tingkat trofik pertama, produsen primer (tumbuhan, alga, dan beberapa bakteri) menggunakan energi matahari untuk menghasilkan bahan tanaman organik melalui fotosintesis. Hewan Herbivora yang makan hanya pada tanaman membuat tingkat trofik kedua. Predator yang memakan herbivora terdiri dari tingkat trofik ketiga, jika predator yang lebih besar hadir, mereka mewakili tingkat trofik lebih tinggi lagi. Organisme yang makanan pada beberapa tingkat trofik (misalnya, beruang grizzly yang memakan buah dan salmon) diklasifikasikan pada tertinggi tingkat trofik di mana mereka makan. Ada pula dekomposer, yang meliputi bakteri, jamur, jamur, cacing, dan serangga, memecah limbah dan organisme mati dan kembali nutrisi ke dalam tanah.
Suatu ekosistem sangat memerlukan adanya kesetimbangan di dalamnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan ekosistem yang pertama adalah penggunaan bahan kimia, misalnya untuk meningkatkan hasil pertanian, para petani melakukan pemupukan dan pemberantasan hama. Pupuk dari bahan kimia saat ini lebih banyak dipakai daripada pupuk alami. Contoh pupuk dari bahan kimia adalah urea, NPK, dan ZA. Adapun contoh pupuk alami adalah pupuk kandang dan kompos. Faktor yang kedua adalah penebangan hutan.Jika penebangan hutan dilakukan secara besar-besaran tanpa terkendali, terjadilah hutan gundul yang dapat menyebabkan banjir, erosi, dan tanah longsor. Akibat yang lebih merugikan lagi adalah punahnya beberapa jenis makhluk hidup yang ada di hutan. Oleh karena itu, harus ada keseimbangan antara penebangan hutan dan penanaman hutan kembali. Faktor yang ketiga yaitu pemburuan liar. Perburuan liar dapat menyebabkan hewan menjadi punah. Akibatnya keseimbangan ekosistem menjadi terganggu. Faktor yang keempat adalah penggunaan kendaraan bermotor. Bahan bakar dibutuhkan untuk menjalankan kendaraan bermotor. Bahan bakar dapat berupa bensin dan solar. Pembakaran bahan bakar menyebabkan polusi udara. Pembakaran tersebut menghasilkan gas karbon diokasida. Akibatnya, jumlah karbon dioksida semakin banyak. Bumi pun menjadi makin panas, sehingga menyebabkan beberapa makhluk hidup kesulitan untuk menyesuaikan diri. Keseimbangan lingkungan menjadi terganggu. Faktor kelima adalah pengeboran minyak bumi. Pengeboran minyak bumi dapat merusakan lingkungan terutama di laut. Pencemaran akan makin parah jika selama prose pengeboran dan pengangkutan terjadi kebocoran. Kebocoran itu membuat laut menjadi tercemar, dan menyebabkan banyak biota-biota laut yang teracuni oleh zat-zat yang sedang dibor. Faktor selanjutnya adalah perusakan terumbu karang. Terumbu karang memiliki bentuk dan warna yang indah. Itulah sebabnya, ada sebagian orang mengambil terumbu karang untuk dijadian hiasan. Akibatnya ikan-ikan di laut kahilangan tempat tinggal. Jika dibiarkan, lama-kelamaan ikan yang bertempat tinggal di terumbu karang dapat punah karena sudah tidak ada tempat yang dapat digunakan untuk mempertahankan dirinya dari serangan predator ataupun untuk kegiatan lainnya. Faktor yang terkhir adalah pembuangan limbah sampah. Jika pengolahan sampah tidak dilakukan dengan benar, terjadilah kerusakan lingkungan. Sungai yang kotor dan berbau busuk merupakan hasil pembuangan sampah dan limbah di sungai. Lingkungan sungai rusak dan hewan yang hidup di dalamnya mati karena keracunan limbah-limbah dan sampah tersebut.

VIII.       Penutup
8.1 Kesimpulan
Ekosistem adalah suatu sistem di alam di mana di dalamnya terjadi hubungan timbale balik antara organisme dengan organisme yang lainnya, serta kondisi lingkungannya. Ekosistem lengkap terdiri atas komponen abiotik dan biotik. Keduanya saling berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung, serta saling mempengaruhi satu sama lain.
8.2 Saran
            Sebaiknya para mahasiswa mengetahui dengan mendalam mengenai bab ekosistem ini. Karena disinilah kita hidup dan berinteraksi dengan segala ciptaan Tuhan, agar tidak saling merugikan satu sama lain.







Daftar Pustaka

Aryulina,  Dyah. 2004. Biologi I. Jakarta : Erlangga.
Campbell, Neil. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Hutagalung. 2010. Ekologi Dasar. Jakarta : PT Pustaka.
Indriyanto. 2010. Ekologi Hutan. Jakarta : Bumi Aksara.
Waluyo,  Joko. 2013. Petunjuk Praktikum Biologi Umum. Jember : Jember University Press.
Nebel, B. J. 1981. Environmental Science, the way the world works. Englewood Cliffs: Prentice-Hall, Inc.
Odum, E. HLM. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan oleh Tjahjono Samingan dari buku Fundamentals of Ecology. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Purnomo, dkk. 2005. Biologi. Jakarta : Sunda Kelapa Muda Pustaka.
Rahmawati, Zuliana. 2012. 50 Reaksi Biologi. Jakarta Timur: Nectar.
Resosoedarmo, S., K. Kartawinata, dan A Soegiarto. 1986. Pengantar Ekologi. Bandung : Remadja Rosda Karya.
Sedhana, Made. 1983. Ekologi Tumbuhan. Jember : Universitas Jember.
Soemarwoto, Idjah. 1980. Biologi Umum, Biosfer, Aneka Makhluk Hidup. Jakarta : PT. Gramedia.
Soemarwoto, O. 1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta : Penerbit Djambatan.
Sudarmadji. 2004. Pengantar Ilmu Lingkungan. Jember : Universitas Jember.
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Tim Dosen Pembina. 2013. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar. Jember: Universitas Jember.