Sabtu, 22 Februari 2014




 






LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR
“PENGGUNAAN MIKROSKOP”




Oleh:
Nurvita Wahyu Kristanti
130210103080




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013

I.                   Judul
Penggunaan Mikroskop

II.                Tujuan
1.      Memperkenalkan komponen-komponen mikroskop dan cara penggunannya.
2.      Menentukan luas bidang pandang mikroskop.
3.      Mempelajari cara menyiapkan bahan-bahan yang akan diamati di bawah mikroskop.

III.             Dasar Teori
Panca indera manusia memiliki kemampuan daya pisah yang terbatas, karena itu banyak masalah mengenai organisme yang akan diamati hanya dapat diperiksa dengan menggunakan alat-alat bantu. Salah satu alat bantu yang sering digunakan dalam pengamatan preparat mikroskopis adalah mikroskop. Mikroskop (Latin; micro: kecil, scopium: penglihatan), yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan daya pisah seseorang, sehingga memungkinkan untuk dapat mengamati obyek yang sangat halus (Tim Dosen Pembina, 2013 : 1).
Perkembangan instrumen yang berkemampuan melebihi indra manusia berjalan seiring kemajuan sains. Penemuan dan penelitian awal tentang sel menjadi maju berkat penciptaan mikroskop pada tahun 1590 dan peningkatan mutu alat tersebut selama tahun 1600-an. Mikroskop masih menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari penelitian sel (Campbell, 2010 : 103).
Mikroskop merupakan alat bantu penglihatan untuk mengamati objek berukuran renik sehingga objek kelihatan lebih besar dan jelas. Mikroskop akan sering digunakan dalam eksperimen-eksperimen, oleh karena itu kita harus mengenal bagian-bagian beserta fungsinya agar dapat menggunakannya dengan baik dan benar (Rahmawati, 2012 : 25).
Ada beberapa jenis mikroskop, diantaranya mikroskop monokuler. Bayangan yang tampak memiliki panjang dan lebar. Hanya sedikit member gambaran tentang tingginya. Obyek yang akan diselididki harus memiliki ukuran yang kecil dan tipis sehingga dapat ditembus cahaya (Supriyanto, 1992 : 4).


Bagian-bagian mikroskop adalah :
1.      Tubus/tabung mikroskop, berupa tabung kosong yang dapat dinaikturunkan untuk mengatur fokus.
2.      Lensa objektif, terletak di bagian bawah tabung mikroskop. Berfungsi untuk menghasilkan bayangan benda yang sedang diamati. Lensa ini tersedia dalam berbagai ukuran pembesaran, biasanya 4x, 10x, dan 12,5x.
3.      Lensa okuler, terletak di bagian atas tabung mikroskop. Fungsinya untuk memperbesar bayangan yang dibentuk oleh lensa objektif. Lensa ini tersedia dalam berbagai ukuran pembesaran, biasanya 4x, 10x, 40x, dan 100x.
4.       Revolver, adalah alat yang dapat berputar untuk memilih ukuran lensa objektif yang akan digunakan.
5.      Makrometer (tombol pengatur kasar), adalah tombol pengatur fokus bayangan dengan menaikturunkan tabung mikroskop dengan cepat.
6.      Mikrometer (tombol pengatur halus), adalah tombol pengatur fokus bayangan dengan menaikturunkan tabung mikroskop dengan jarak pergeseran yang lebih rapat dibandingkan makrometer.
7.      Lengan mikroskop, merupakan bagian yang dipegang ketika mikroskop akan dipindahkan.
8.      Meja preparat, tempat meletakkan preparat yang akan diamati.
9.      Penjepit objek, yaitu penjepit preparat agar kedudukannya tidak bergeser ketika sedang diamati.
10.  Diafragma, berupa lubang yang berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang dibutuhkan dalam pengamatan.
11.  Kondensor (pemusat cahaya), terdiri dari seperangkat lensa yang berfungsi untuk mengatur intensitas cahaya.
12.  Cermin, berfungsi untuk mengarahkan cahaya agar dapat masuk diafragma dan kondensor. Biasanya tersedia dua cermin (permukaan datar dan cekung). Kedua cermin dapat dipakai bergantian sesuai dengan kondisi cahaya ruangan. Pada ruangan yang terang cukupmenggunakan cermin yang datar, namun bila cahaya ruangan redup dapat digunakan cermin cekung. Ada juga jenis mikroskop yang menggunakan sumber cahaya dari lampu listrik, sehingga pengamatan tidak bergantung pada kondisi pencahayaan ruangan.
13.  Kaki mikroskop, merupakan bagian paling bawah yang berfungsi untuk mengokohkan kedudukan mikroskop (Rahmawati, 2012 : 25-26).

Mikroskop merupakan alat yang sederhana, kaki mikroskop dibuat berat dan kokoh agar mikroskop dapat berdiri stabil. Mikroskop memiliki tiga tiga sistem lensa obyektif, lensa okuler dan kondensor. Lensa obyektif dan lensa okuler terletak pada kedua ujung tabung mikroskop. Tabung mikroskop bisa lurus dan bisa berkepala monokuler atau binokuler (Supriyanto, 1992 : 4).
Sistem lensa ketiga adalah kondensor. Sistem lensa ini untuk menerangi obyek dan lensa-lensa mikroskop (Supriyanto, 1992 : 4).
Bayangan yang terbentuk oleh mikroskop adalah terbalik. Dengan menggeserkan kaca obyek ke kiri, bayangan berpindah ke kanan. Menggeserkan ke atas bayangan ke bawah (Ratnaningsih, 1999 : 14).
Secara garis besar mikroskop terdiri dari dua bagian yaitu mekanik dan optic yang susunan masing-masing bagian masih sangat tergantung dari tipe mikroskop. Bagian mekanik terdiri dari : statif, revolver, sekrup pengatur kubus kasar dan halus, sekrup pengatur kodensor, sekrup pengatur posisi gelas benda dan pengatur gelas benda. Bagian optik terdiri dari lensa obyektif okuler, kondensor dan cermin (Lelono, 2002).
Pada mikroskop modern terdapat alat penerang yang dipasang di bagian dasar mikroskop, berfungsi menerangi spesimen. Pada mikroskop yang tanpa alat penerangan, mempunyai cermin datar dan cekung yang terdapat di bawah kondensor, berfungsi untuk mengarahkan cahaya yang berasal dari sumber cahaya luar ke dalam kondensor (Supriyanto, 1992 : 4).
Pada dasarnya mikroskop cahaya bekerja sebagai suatu alat pembesar dua tingkat. Suatu lensa obyektif melakukan pembesaran awal, dan suatu lensa okuler ditempatkan sedemikian rupa sehingga memperbesar bayangan pertama untuk kedua kalinya. Pembesaran seluruhnya diperoleh dengan mengalikan kekuatan pmbesaran lensa obyektif dan lensa okuler. Suatu lensa kondensor tambahan biasanyaditempatkan di bawah meja mikroskop untuk memusatkan cahaya dari sumbernya menjadi suatu berkas sangat terang yang menyinari obyek, sehingga memberikan cahaya yang cukup untuk mengamati bayangan yang diperbesar itu (Leeson, 1989 : 2).
Lensa obyektif bekerja dalam pembentukan bayangan yang pertama yakni menentukan banyaknya struktur dan bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir (Supriyanto, 1992 :5).
Ciri yang penting pada lensa obyektif selain pembesarannya (misalnya 40x) adalah nilai Apertur (NA) yaitu ukuran daya pisah suatu lensa obyektif yang akan menentukan daya pisah spesimen yakni kemampuan lensa obyektif untuk menunjukkan struktur-struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah (Supriyanto, 1992 : 5).
Lensa okuler berfungsi memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa obyektif. Pembesarannya berkisar antara 4x-25x (Supriyanto, 1992 : 5).
Kondensor berfungsi untuk mendukung terciptanya pencahayaan pada obyek yang akan difokus sehingga bila pengaturannya tepat akan diperoleh daya pisah yang maksimal (Supriyanto, 1992 : 5).
Jika daya pisah berkurang, dua benda nampak menjadi satu dan tidak nampak sebagai dua benda yang terpisah (Supriyanto, 1992 : 5).
Pembesaran dari bayangan suatu obyek dapat diketahui dari angka pembesaran pada obyektif dan okuler (Supriyanto, 1992 : 9).
Øok = diameter bidang pandang dengan obyektif kuat.
Øol = diameter bidang pandang dengan obyektif lemah.
Pk  = pembesaran obyek kuat.
Pl   = pembesaran obyek lemah (Supriyanto, 1992 : 9).
            Dua parameter penting dalam mikroskopi (teknik-teknik dalam penggunaan mikroskop) adalah perbesaran dan daya resolusi (atau resolusi saja) atau daya urai. Perbesaran (magnifation) adalah perbandingan ukuran citra objek dengan ukuran sebenarnya. Resolusi adalah ukuran kejelasan citra; jarak minimum yang dapat memisahkan dua titik sehingga masih bisa dibedakan sebagai dua titik. Misalnya, benda yang tampak oleh mata telanjang sebagai satu bintang di langit mungkin diresolusi sebagai bintang kembar oleh teleskop (Campbell, 2010 : 103).
            Seperti daya resolusi mata manusia yang terbatas, mikroskop cahaya tidak dapat meresolusi detail yang lebih kecil dari 0,2 mikrometer (μm), atau 200 nanometer (nm), seukuran dengan bakteri kecil, berapapun faktor perbesarannya. Resolusi ini dibatasi oleh panjang gelombang cahaya terpendek yang digunakan untuk menyinari spesimen. Mikroskop cahaya dapat memperbesar secara efektif sekitar 1.000 kali dari ukuran asli spesimen.  Pada perbesaran yang lebih tinggi, detail tambahan tidak lagi dapat dilihat dengan jelas. Parameter terpenting ketiga dalam mikroskopi adalah kontras, yang mempertajam perbedaan dalam bagian-bagian dari sampel. Faktanya, sebagian besar peningkatan mutu mikroskopi cahaya dalam seratus tahun terakhir melibatkan metode terbaru dalam peningkatan kontras, misalnya pewarnaan atau pelabelan komponen-komponen sel agar terlihat menonjol (Campbell, 2010 : 103).
           
IV.        



VI.             Hasil Pengamatan
Pengamatan potongan huruf “d” atau “b”
b             q

OBYEK                            BAYANGAN
d            p

OBYEK                            BAYANGAN

Keterangan :
a.       Huruf b yang diletakkan di bawah mikroskop setelah diamati ternyata bayangan yang dihasilkan terbalik menjadi huruf q dan ukurannya menjadi lebih besar. Dan huruf d yang diletakkan di bawah mikroskop setelah di amati ternyata bayangan yang dihasilkan terbalik menjadi huruf p dan ukurannya menjadi lebih besar.
b.      Bayangan yang dihasilkan di dalam mikroskop bukan bayangan cermin.
c.       Apabila obyek digeser ke kanan, maka bayangan yang dihasilkan dalam mikroskop bergeser ke arah kiri.
d.      Apabila obyek digeser ke kiri, maka bayangan yang dihasilkan di dalam mikroskop bergeser ke kanan.
e.       Apabila obyek digeser ke belakang, maka bayangan yang dihasilkan di dalam mikroskop  bergeser ke depan. Dan saat obyek degeser ke arah depan, maka bayangan yang dihasilkan di dalam mikroskop bergeser ke arah belakang.

a.       Mengukur luas bidang pandang
§  Potongan kertas d →  p
Percobaan
Batas kiri/atas
Batas kanan/bawah
Diameter
Jari-jari
Luas
I
28,5 mm
22,5 mm
6 mm
3 mm
28,26 mm2
II
17,2 mm
10,2 mm
7 mm
3,5 mm
38,465 mm2
D = Selisih batas pada bayangan mikroskop
    = 33-30
    = 3 mm

r  =
   =
   = 1,5
L = πr2
    = 3,14 × 3 × 3
    = 28,26 mm2

D = Selisih pada bayangan mikroskop
    = 21-20
    = 1

r  =
   =
   = 0,5

L = πr2
    = 3,14 × 3,5 × 3,5
    = 38,465 mm2
                            

§  Potongan kertas b → q
Percobaan
Batas kiri/atas
Batas kanan/bawah
Diameter
Jari-jari
Luas
I
33 mm
30 mm
3 mm
1,5 mm
7,065 mm2
II
21 mm
20 mm
1 mm
0,5 mm
0.785 mm2


D = Selisih batas pada    
 bayangan mikroskop
    = 33-30
    = 3 mm

r  =
   =
   = 1,5

L = πr2
    = 3,14 × 1,5 × 1,5
    = 7,065 mm2
D = Selisih pada bayangan
 mikroskop
    = 21-20
    = 1

r  =
   =
   = 0,5

L = πr2
    = 3,14 × 3,5 × 3,5
    = 0,785 mm2

VII.          Pembahasan
Sebelum melakukan praktikum biologi berjudul Penggunaan Mikroskop yang dilakukan di laboratorium biologi, praktikan wajib mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum. Alat yang paling utama dalam percobaan kali ini adalah mikroskop, yang mampu melihat benda-benda kecil. Yang menjadi obyek kali ini adalah potongan tulisan kecil bertuliskan huruf  “d” atau “b”.
Untuk memulai percobaan, kita letakkan potongan huruf “d” atau “b” di dalam gelas obyek, lalu tutup dengan gelas penutup. Setelah itu, kita letakkan gelas obyek tadi ke atas meja mikroskop. Kemudian tentukan perbesaran berapa yang akan digunakan melalui perbesaran lemah terlebih dahulu, lalu atur letak gelas obyek sehingga dapat terlihat di okuler dengan menggesernya ke arah kanan, kiri, atas, maupun ke bawah.
Setelah nampak potongan huruf tersebut, lakukan pembesaran dengan memutar pemutar kasar maupun pemutar halus, hingga obyek tersebut dapat memiliki daya pisah yang diinginkan.
Setelah obyek nampak dengan jelas, nampak bahwa huruf yang ada pada gelas benda saat dilihat hasilnya melalui okuler, huruf menjadi terbalik dari aslinya. Huruf “d” pada gelas obyek, setelah diamati di bawah mikroskop, berubah terbalik menjadi huruf “p”, sedangkan huruf “b” pada gelas obyek, berubah terbalik menjadi huruf “ q” setelah diamati di bawah mikroskop.
Selain bayangannya yang terbalik dari bentuk aslinya, ukuran bayangan pun tidak sama, yaitu menjadi lebih besar dari obyek aslinya.
Kemudian kita perhatikan arah bayangan di dalam mikroskop saat gelas benda kita geser ke arah kanan, maka bayangannya bergeser ke arah kiri. Dan sebaliknya saat kita geser gelas benda ke arah kiri, maka bayangan benda dalam mikroskop bergeser ke arah kanan. Begitu pula saat gelas benda kita geser ke arah atas, maka bayangan benda dalam mikroskop bergeser ke bawah. Dan sebaliknya saat kita geser gelas benda ke arah bawah, bayangan di dalam mikroskop bergeser ke atas.
Pengamatan yang kedua adalah mengukur luas bidang pandang mikroskop. Pertama, kita atur dulu letak huruf bayangan ke arah kanan sampai hanya terlihat satu titik saja di bawah mikroskop sebagai batas akhir huruf terlihat. Kemudian ukur di skala yang ada pada mikroskop dan menunjukkan angka 22,5 mm. Lalu geser gelas obyek ke kiri hingga hanya terlihat satu titik terlihat sebagai batas akhir huruf terlihat. Kemudian ukur di skala mikroskop dan menunjukkan angaka 28,5 mm. Setelah itu hitung selisihnya yaitu 6 mm yang menyatakan diameternya. Hitung jari-jarinya yaitu 3 mm, kemudian masukkan ke dalam rumus L = πr2 untuk mencari luas bidang pandangnya, dan di dapatkan hasil bahwa luas bidang pandangnya 28,26 mm2.
Lalu lakuakan pengamatan yang selanjutnya. Kita atur dulu letak huruf bayangan ke arah atas sampai hanya terlihat satu titik saja di bawah mikroskop sebagai batas akhir huruf terlihat. Kemudian ukur di skala yang ada pada mikroskop dan menunjukkan angka 17,2 mm. Lalu geser gelas obyek ke bawah hingga hanya terlihat satu titik terlihat sebagai batas akhir huruf terlihat. Kemudian ukur di skala mikroskop dan menunjukkan angaka 10,2 mm. Setelah itu hitung selisihnya yaitu 7 mm yang menyatakan diameternya. Hitung jari-jarinya yaitu 3,5 mm, kemudian masukkan ke dalam rumus L = πr2 untuk mencari luas bidang pandangnya, dan di dapatkan hasil bahwa luas bidang pandangnya 38,465 mm2.
Dengan demikian kita dapat mengetahui bahwa perubahan yang di dapat antara benda dengan bayangan dalam mikroskop dikarenakan adanya dua sifat lensa okuler dan lensa obyektif. Lensa obyektif merupakan lensa positif yang digunakan langsung berhubungan dengan obyek yang diamatai. Obyek atau benda yang diamati ditempatkan di ruang kedua. Bayangan lensa obyektif ini disebut bayangan 1 yang memiliki sifat  nyata, tegak diperbesar.
Lensa okuler merupakan lensa positif yang digunakan untuk mengamati obyek berupa bayangan 1 (bayangan dari lensa obyektif).  Lensa okuler berfungsi seperti lup, sehingga banyangan yang dibentuk maya, tegak diperbesar. Bayangan ini disebut bayangan akhir.






















VIII.       Penutup
8.1  Kesimpulan          
Mikroskop merupakan suatu alat yang banyak digunakan terutama untuk penelitian berbagai organisme yang tidak dapat diteliti dengan mata telanjang. Adapun komponen-komponen yang terdapat dalam mikroskop itu sendiri antara lain terdiri dari lensa obyektif, lensa okuler,  revolver, meja mikroskop, celah diafragma, lensa kondensor, cermin, pemutar kasar, tabung mikroskop dan kaki mikroskop.
Mikroskop memiliki dua sifat lensa, yaitu lensa okuler dan lensa obyektif. Lensa obyektif merupakan lensa positif yang digunakan langsung berhubungan dengan obyek yang diamatai. Obyek atau benda yang diamati ditempatkan di ruang kedua. Bayangan lensa obyektif ini disebut bayangan 1 yang memiliki sifat  nyata, tegak diperbesar.
Lensa okuler merupakan lensa positif yang digunakan untuk mengamati obyek berupa bayangan 1 (bayangan dari lensa obyektif).  Lensa okuler berfungsi seperti lup, sehingga banyangan yang dibentuk maya, tegak diperbesar. Bayangan ini disebut bayangan akhir.
8.2  Saran
Bagi praktikan yang akan menggunakan mikroskop konvensional, sebaiknya mencari tempat penelitian yang mempunyai cukup cahaya untuk dipantulkan ke preparat melalui cermin. Oleh karena itu sebaiknya praktikum mikroskop dilakukan pada siang hari saat cahaya masih stabil. Jika praktikum dilakukan pada saat-saat yang memadai cahayanya dapat digunakan cermin datar, sedangkan jika praktikum dilakukan pada saat cahaya kurang, maka dapat digunakan cermin cekung untuk mengumpulkan cahayanya.
















DAFTAR PUSTAKA


Campbell, Neil. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Rahmawati, Zuliana. 2012. 50 Reaksi Biologi. Jakarta Timur: Nectar.
Ratnaningsih, Anna. 1999. Organisasi Tubuh Organisma. Jakarta: Universitas Terbuka.
Supriyanto. 1992. Petunjuk Praktikum Biologi Umum. Jember: Universitas Jember.
Tim Dosen Pembina. 2013. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar. Jember: Universitas Jember.
Lelono, Asmoro. 2002. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar 1. Jember: Universitas Jember.
Leeson, C Roland, dkk S. Buku Ajar Histologi. Terjemahan oleh Staf Ahli Histologi FKUI. 1989. Jakarta: EGC.



0 komentar:

Posting Komentar