LAPORAN
PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR
“PENGGUNAAN MIKROSKOP”
BIOLOGI DASAR
“PENGGUNAAN MIKROSKOP”
Oleh:
Nurvita Wahyu Kristanti
130210103080
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2013
I.
Judul
Penggunaan Mikroskop
II.
Tujuan
1.
Memperkenalkan
komponen-komponen mikroskop dan cara penggunannya.
2.
Menentukan luas
bidang pandang mikroskop.
3.
Mempelajari cara
menyiapkan bahan-bahan yang akan diamati di bawah mikroskop.
III.
Dasar Teori
Panca
indera manusia memiliki kemampuan daya pisah yang terbatas, karena itu banyak
masalah mengenai organisme yang akan diamati hanya dapat diperiksa dengan
menggunakan alat-alat bantu. Salah satu alat bantu yang sering digunakan dalam
pengamatan preparat mikroskopis adalah mikroskop. Mikroskop (Latin; micro:
kecil, scopium: penglihatan), yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan daya
pisah seseorang, sehingga memungkinkan untuk dapat mengamati obyek yang sangat
halus (Tim Dosen Pembina, 2013 : 1).
Perkembangan
instrumen yang berkemampuan melebihi indra manusia berjalan seiring kemajuan
sains. Penemuan dan penelitian awal tentang sel menjadi maju berkat penciptaan
mikroskop pada tahun 1590 dan peningkatan mutu alat tersebut selama tahun
1600-an. Mikroskop masih menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari penelitian
sel (Campbell, 2010 : 103).
Mikroskop
merupakan alat bantu penglihatan untuk mengamati objek berukuran renik sehingga
objek kelihatan lebih besar dan jelas. Mikroskop akan sering digunakan dalam
eksperimen-eksperimen, oleh karena itu kita harus mengenal bagian-bagian
beserta fungsinya agar dapat menggunakannya dengan baik dan benar (Rahmawati,
2012 : 25).
Ada
beberapa jenis mikroskop, diantaranya mikroskop monokuler. Bayangan yang tampak
memiliki panjang dan lebar. Hanya sedikit member gambaran tentang tingginya.
Obyek yang akan diselididki harus memiliki ukuran yang kecil dan tipis sehingga
dapat ditembus cahaya (Supriyanto, 1992 : 4).
Bagian-bagian
mikroskop adalah :
1.
Tubus/tabung
mikroskop, berupa tabung kosong yang dapat dinaikturunkan untuk mengatur fokus.
2.
Lensa objektif,
terletak di bagian bawah tabung mikroskop. Berfungsi untuk menghasilkan
bayangan benda yang sedang diamati. Lensa ini tersedia dalam berbagai ukuran
pembesaran, biasanya 4x, 10x, dan 12,5x.
3.
Lensa okuler,
terletak di bagian atas tabung mikroskop. Fungsinya untuk memperbesar bayangan
yang dibentuk oleh lensa objektif. Lensa ini tersedia dalam berbagai ukuran
pembesaran, biasanya 4x, 10x, 40x, dan 100x.
4.
Revolver, adalah alat yang dapat berputar
untuk memilih ukuran lensa objektif yang akan digunakan.
5.
Makrometer
(tombol pengatur kasar), adalah tombol pengatur fokus bayangan dengan
menaikturunkan tabung mikroskop dengan cepat.
6.
Mikrometer
(tombol pengatur halus), adalah tombol pengatur fokus bayangan dengan menaikturunkan
tabung mikroskop dengan jarak pergeseran yang lebih rapat dibandingkan
makrometer.
7.
Lengan
mikroskop, merupakan bagian yang dipegang ketika mikroskop akan dipindahkan.
8.
Meja preparat,
tempat meletakkan preparat yang akan diamati.
9.
Penjepit objek, yaitu
penjepit preparat agar kedudukannya tidak bergeser ketika sedang diamati.
10. Diafragma, berupa lubang yang berfungsi untuk
mengatur banyak sedikitnya cahaya yang dibutuhkan dalam pengamatan.
11. Kondensor (pemusat cahaya), terdiri dari seperangkat
lensa yang berfungsi untuk mengatur intensitas cahaya.
12. Cermin, berfungsi untuk mengarahkan cahaya agar
dapat masuk diafragma dan kondensor. Biasanya tersedia dua cermin (permukaan
datar dan cekung). Kedua cermin dapat dipakai bergantian sesuai dengan kondisi cahaya
ruangan. Pada ruangan yang terang cukupmenggunakan cermin yang datar, namun
bila cahaya ruangan redup dapat digunakan cermin cekung. Ada juga jenis
mikroskop yang menggunakan sumber cahaya dari lampu listrik, sehingga
pengamatan tidak bergantung pada kondisi pencahayaan ruangan.
13. Kaki mikroskop, merupakan bagian paling bawah yang
berfungsi untuk mengokohkan kedudukan mikroskop (Rahmawati, 2012 : 25-26).
Mikroskop
merupakan alat yang sederhana, kaki mikroskop dibuat berat dan kokoh agar
mikroskop dapat berdiri stabil. Mikroskop memiliki tiga tiga sistem lensa
obyektif, lensa okuler dan kondensor. Lensa obyektif dan lensa okuler terletak
pada kedua ujung tabung mikroskop. Tabung mikroskop bisa lurus dan bisa
berkepala monokuler atau binokuler (Supriyanto, 1992 : 4).
Sistem
lensa ketiga adalah kondensor. Sistem lensa ini untuk menerangi obyek dan
lensa-lensa mikroskop (Supriyanto, 1992 : 4).
Bayangan
yang terbentuk oleh mikroskop adalah terbalik. Dengan menggeserkan kaca obyek
ke kiri, bayangan berpindah ke kanan. Menggeserkan ke atas bayangan ke bawah
(Ratnaningsih, 1999 : 14).
Secara
garis besar mikroskop terdiri dari dua bagian yaitu mekanik dan optic yang
susunan masing-masing bagian masih sangat tergantung dari tipe mikroskop.
Bagian mekanik terdiri dari : statif, revolver, sekrup pengatur kubus kasar dan
halus, sekrup pengatur kodensor, sekrup pengatur posisi gelas benda dan
pengatur gelas benda. Bagian optik terdiri dari lensa obyektif okuler,
kondensor dan cermin (Lelono, 2002).
Pada
mikroskop modern terdapat alat penerang yang dipasang di bagian dasar
mikroskop, berfungsi menerangi spesimen. Pada mikroskop yang tanpa alat
penerangan, mempunyai cermin datar dan cekung yang terdapat di bawah kondensor,
berfungsi untuk mengarahkan cahaya yang berasal dari sumber cahaya luar ke
dalam kondensor (Supriyanto, 1992 : 4).
Pada
dasarnya mikroskop cahaya bekerja sebagai suatu alat pembesar dua tingkat.
Suatu lensa obyektif melakukan pembesaran awal, dan suatu lensa okuler
ditempatkan sedemikian rupa sehingga memperbesar bayangan pertama untuk kedua
kalinya. Pembesaran seluruhnya diperoleh dengan mengalikan kekuatan pmbesaran
lensa obyektif dan lensa okuler. Suatu lensa kondensor tambahan
biasanyaditempatkan di bawah meja mikroskop untuk memusatkan cahaya dari sumbernya
menjadi suatu berkas sangat terang yang menyinari obyek, sehingga memberikan
cahaya yang cukup untuk mengamati bayangan yang diperbesar itu (Leeson, 1989 :
2).
Lensa
obyektif bekerja dalam pembentukan bayangan yang pertama yakni menentukan
banyaknya struktur dan bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir
(Supriyanto, 1992 :5).
Ciri
yang penting pada lensa obyektif selain pembesarannya (misalnya 40x) adalah
nilai Apertur (NA) yaitu ukuran daya pisah suatu lensa obyektif yang akan
menentukan daya pisah spesimen yakni kemampuan lensa obyektif untuk menunjukkan
struktur-struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah
(Supriyanto, 1992 : 5).
Lensa
okuler berfungsi memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh lensa obyektif.
Pembesarannya berkisar antara 4x-25x (Supriyanto, 1992 : 5).
Kondensor
berfungsi untuk mendukung terciptanya pencahayaan pada obyek yang akan difokus
sehingga bila pengaturannya tepat akan diperoleh daya pisah yang maksimal
(Supriyanto, 1992 : 5).
Jika daya pisah
berkurang, dua benda nampak menjadi satu dan tidak nampak sebagai dua benda
yang terpisah (Supriyanto, 1992 : 5).
Pembesaran
dari bayangan suatu obyek dapat diketahui dari angka pembesaran pada obyektif
dan okuler (Supriyanto, 1992 : 9).
Øok
= diameter bidang pandang dengan obyektif kuat.
Øol
= diameter bidang pandang dengan obyektif lemah.
Pk = pembesaran obyek kuat.
Pl = pembesaran obyek lemah (Supriyanto, 1992 :
9).
Dua parameter penting dalam mikroskopi (teknik-teknik
dalam penggunaan mikroskop) adalah perbesaran dan daya resolusi (atau resolusi
saja) atau daya urai. Perbesaran (magnifation) adalah perbandingan ukuran citra
objek dengan ukuran sebenarnya. Resolusi adalah ukuran kejelasan citra; jarak
minimum yang dapat memisahkan dua titik sehingga masih bisa dibedakan sebagai
dua titik. Misalnya, benda yang tampak oleh mata telanjang sebagai satu bintang
di langit mungkin diresolusi sebagai bintang kembar oleh teleskop (Campbell,
2010 : 103).
Seperti daya resolusi mata manusia
yang terbatas, mikroskop cahaya tidak dapat meresolusi detail yang lebih kecil
dari 0,2 mikrometer (μm), atau 200 nanometer (nm), seukuran dengan bakteri
kecil, berapapun faktor perbesarannya. Resolusi ini dibatasi oleh panjang
gelombang cahaya terpendek yang digunakan untuk menyinari spesimen. Mikroskop
cahaya dapat memperbesar secara efektif sekitar 1.000 kali dari ukuran asli
spesimen. Pada perbesaran yang lebih
tinggi, detail tambahan tidak lagi dapat dilihat dengan jelas. Parameter
terpenting ketiga dalam mikroskopi adalah kontras, yang mempertajam perbedaan
dalam bagian-bagian dari sampel. Faktanya, sebagian besar peningkatan mutu
mikroskopi cahaya dalam seratus tahun terakhir melibatkan metode terbaru dalam
peningkatan kontras, misalnya pewarnaan atau pelabelan komponen-komponen sel
agar terlihat menonjol (Campbell, 2010 : 103).
IV.
VI.
Hasil Pengamatan
Pengamatan potongan huruf “d” atau “b”
b q
OBYEK BAYANGAN
d p
OBYEK BAYANGAN
Keterangan :
a. Huruf b yang diletakkan di bawah mikroskop
setelah diamati ternyata bayangan yang dihasilkan terbalik menjadi huruf q dan
ukurannya menjadi lebih besar. Dan huruf d yang diletakkan di bawah mikroskop
setelah di amati ternyata bayangan yang dihasilkan terbalik menjadi huruf p dan
ukurannya menjadi lebih besar.
b. Bayangan yang dihasilkan di dalam mikroskop
bukan bayangan cermin.
c.
Apabila obyek digeser ke kanan, maka
bayangan yang dihasilkan dalam mikroskop bergeser ke arah kiri.
d.
Apabila obyek digeser ke kiri, maka
bayangan yang dihasilkan di dalam mikroskop bergeser ke kanan.
e. Apabila
obyek digeser ke belakang, maka bayangan yang dihasilkan di dalam mikroskop bergeser ke depan. Dan saat obyek degeser ke
arah depan, maka bayangan yang dihasilkan di dalam mikroskop bergeser ke arah
belakang.
a. Mengukur
luas bidang pandang
§ Potongan
kertas d → p
Percobaan
|
Batas kiri/atas
|
Batas kanan/bawah
|
Diameter
|
Jari-jari
|
Luas
|
I
|
28,5 mm
|
22,5 mm
|
6 mm
|
3 mm
|
28,26 mm2
|
II
|
17,2 mm
|
10,2 mm
|
7 mm
|
3,5 mm
|
38,465 mm2
|
D = Selisih batas pada bayangan mikroskop
= 33-30
= 3 mm
r =
=
= 1,5
L = πr2
= 3,14 × 3 × 3
= 28,26 mm2
D
= Selisih pada bayangan mikroskop
= 21-20
= 1
r =
=
= 0,5
L = πr2
= 3,14 × 3,5 × 3,5
= 38,465 mm2
§ Potongan
kertas b → q
Percobaan
|
Batas kiri/atas
|
Batas kanan/bawah
|
Diameter
|
Jari-jari
|
Luas
|
I
|
33 mm
|
30 mm
|
3 mm
|
1,5 mm
|
7,065 mm2
|
II
|
21 mm
|
20 mm
|
1 mm
|
0,5 mm
|
0.785 mm2
|
D = Selisih batas pada
bayangan
mikroskop
= 33-30
= 3 mm
r =
=
= 1,5
L = πr2
= 3,14 × 1,5 × 1,5
= 7,065 mm2
D = Selisih pada
bayangan
mikroskop
= 21-20
= 1
r =
=
= 0,5
L = πr2
= 3,14 × 3,5 × 3,5
= 0,785 mm2
VII.
Pembahasan
Sebelum melakukan
praktikum biologi berjudul Penggunaan Mikroskop yang dilakukan di laboratorium
biologi, praktikan wajib mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
praktikum. Alat yang paling utama dalam percobaan kali ini adalah mikroskop,
yang mampu melihat benda-benda kecil. Yang menjadi obyek kali ini adalah
potongan tulisan kecil bertuliskan huruf
“d” atau “b”.
Untuk memulai
percobaan, kita letakkan potongan huruf “d” atau “b” di dalam gelas obyek, lalu
tutup dengan gelas penutup. Setelah itu, kita letakkan gelas obyek tadi ke atas
meja mikroskop. Kemudian tentukan perbesaran berapa yang akan digunakan melalui
perbesaran lemah terlebih dahulu, lalu atur letak gelas obyek sehingga dapat
terlihat di okuler dengan menggesernya ke arah kanan, kiri, atas, maupun ke
bawah.
Setelah nampak potongan
huruf tersebut, lakukan pembesaran dengan memutar pemutar kasar maupun pemutar
halus, hingga obyek tersebut dapat memiliki daya pisah yang diinginkan.
Setelah obyek nampak
dengan jelas, nampak bahwa huruf yang ada pada gelas benda saat dilihat
hasilnya melalui okuler, huruf menjadi terbalik dari aslinya. Huruf “d” pada
gelas obyek, setelah diamati di bawah mikroskop, berubah terbalik menjadi huruf
“p”, sedangkan huruf “b” pada gelas obyek, berubah terbalik menjadi huruf “ q”
setelah diamati di bawah mikroskop.
Selain bayangannya yang
terbalik dari bentuk aslinya, ukuran bayangan pun tidak sama, yaitu menjadi
lebih besar dari obyek aslinya.
Kemudian kita
perhatikan arah bayangan di dalam mikroskop saat gelas benda kita geser ke arah
kanan, maka bayangannya bergeser ke arah kiri. Dan sebaliknya saat kita geser
gelas benda ke arah kiri, maka bayangan benda dalam mikroskop bergeser ke arah
kanan. Begitu pula saat gelas benda kita geser ke arah atas, maka bayangan
benda dalam mikroskop bergeser ke bawah. Dan sebaliknya saat kita geser gelas
benda ke arah bawah, bayangan di dalam mikroskop bergeser ke atas.
Pengamatan yang kedua
adalah mengukur luas bidang pandang mikroskop. Pertama, kita atur dulu letak
huruf bayangan ke arah kanan sampai hanya terlihat satu titik saja di bawah
mikroskop sebagai batas akhir huruf terlihat. Kemudian ukur di skala yang ada
pada mikroskop dan menunjukkan angka 22,5 mm. Lalu geser gelas obyek ke kiri
hingga hanya terlihat satu titik terlihat sebagai batas akhir huruf terlihat.
Kemudian ukur di skala mikroskop dan menunjukkan angaka 28,5 mm. Setelah itu
hitung selisihnya yaitu 6 mm yang menyatakan diameternya. Hitung jari-jarinya
yaitu 3 mm, kemudian masukkan ke dalam rumus L = πr2 untuk mencari
luas bidang pandangnya, dan di dapatkan hasil bahwa luas bidang pandangnya
28,26 mm2.
Lalu lakuakan
pengamatan yang selanjutnya. Kita atur dulu letak huruf bayangan ke arah atas
sampai hanya terlihat satu titik saja di bawah mikroskop sebagai batas akhir
huruf terlihat. Kemudian ukur di skala yang ada pada mikroskop dan menunjukkan
angka 17,2 mm. Lalu geser gelas obyek ke bawah hingga hanya terlihat satu titik
terlihat sebagai batas akhir huruf terlihat. Kemudian ukur di skala mikroskop
dan menunjukkan angaka 10,2 mm. Setelah itu hitung selisihnya yaitu 7 mm yang
menyatakan diameternya. Hitung jari-jarinya yaitu 3,5 mm, kemudian masukkan ke
dalam rumus L = πr2 untuk mencari luas bidang pandangnya, dan di
dapatkan hasil bahwa luas bidang pandangnya 38,465 mm2.
Dengan demikian kita dapat mengetahui
bahwa perubahan yang di dapat antara benda dengan bayangan dalam mikroskop
dikarenakan adanya dua sifat lensa okuler dan lensa obyektif. Lensa obyektif
merupakan lensa positif yang digunakan langsung berhubungan dengan obyek yang
diamatai. Obyek atau benda yang diamati ditempatkan di ruang kedua. Bayangan
lensa obyektif ini disebut bayangan 1 yang memiliki sifat nyata, tegak
diperbesar.
Lensa okuler merupakan lensa positif yang
digunakan untuk mengamati obyek berupa bayangan 1 (bayangan dari lensa
obyektif). Lensa okuler berfungsi seperti lup, sehingga banyangan yang
dibentuk maya, tegak diperbesar. Bayangan ini disebut bayangan akhir.
VIII. Penutup
8.1 Kesimpulan
Mikroskop merupakan suatu alat yang
banyak digunakan terutama untuk penelitian berbagai organisme yang tidak dapat
diteliti dengan mata telanjang. Adapun komponen-komponen yang terdapat dalam
mikroskop itu sendiri antara lain terdiri dari lensa obyektif, lensa okuler, revolver, meja mikroskop, celah diafragma,
lensa kondensor, cermin, pemutar kasar, tabung mikroskop dan kaki mikroskop.
Mikroskop memiliki dua sifat lensa, yaitu
lensa okuler dan lensa obyektif. Lensa obyektif merupakan lensa positif yang
digunakan langsung berhubungan dengan obyek yang diamatai. Obyek atau benda
yang diamati ditempatkan di ruang kedua. Bayangan lensa obyektif ini disebut
bayangan 1 yang memiliki sifat nyata, tegak diperbesar.
Lensa okuler merupakan lensa positif yang
digunakan untuk mengamati obyek berupa bayangan 1 (bayangan dari lensa
obyektif). Lensa okuler berfungsi seperti lup, sehingga banyangan yang
dibentuk maya, tegak diperbesar. Bayangan ini disebut bayangan akhir.
8.2 Saran
Bagi praktikan yang akan menggunakan mikroskop
konvensional, sebaiknya mencari tempat penelitian yang mempunyai cukup cahaya
untuk dipantulkan ke preparat melalui cermin. Oleh karena itu sebaiknya
praktikum mikroskop dilakukan pada siang hari saat cahaya masih stabil. Jika
praktikum dilakukan pada saat-saat yang memadai cahayanya dapat digunakan
cermin datar, sedangkan jika praktikum dilakukan pada saat cahaya kurang, maka
dapat digunakan cermin cekung untuk mengumpulkan cahayanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, Neil.
2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Rahmawati, Zuliana.
2012. 50 Reaksi Biologi. Jakarta
Timur: Nectar.
Ratnaningsih,
Anna. 1999. Organisasi Tubuh Organisma.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Supriyanto.
1992. Petunjuk Praktikum Biologi Umum.
Jember: Universitas Jember.
Tim Dosen Pembina.
2013. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar.
Jember: Universitas Jember.
Lelono,
Asmoro. 2002. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar 1. Jember: Universitas Jember.
Leeson,
C Roland, dkk S. Buku Ajar Histologi. Terjemahan oleh Staf Ahli Histologi FKUI.
1989. Jakarta: EGC.
0 komentar:
Posting Komentar