LAPORAN
PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR
“MENGENAL EKOSISTEM”
BIOLOGI DASAR
“MENGENAL EKOSISTEM”
Oleh:
Nurvita Wahyu Kristanti
130210103080
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2013
I.
Judul
Mengenal
Ekosistem
II.
Tujuan
Untuk mengenal komponen-komponen yang terdapat di
dalam ekosistem dan kedudukannya dalam ekosistem
III.
Dasar
Teori
Ekosistem adalah suatu sistem di alam di mana di dalamnya
terjadi hubungan timbal balik antara organisme dengan organisme yang lainnya,
serta kondisi lingkungannya. Ekosistem lengkap terdiri atas komponen abiotik
dan biotik.
Eksistem dapat
didefinisikan sebagai suatu kelompok organisme yang saling berinteraksi satu
sama lain, dan berinteraksi pula terhadap lingkungannya secara terus menerus
(Sudarmadji, 2004 : 19).
Berdasarkan sistem energinya, ekosistem dibedakan
menjadi ekosistem tertutup dan ekosistem terbuka. Sedangkan berdasarkan
habitatnya, ekosistem dibedakan menjadi ekosistem daratan (hutan, padang
rumput, semak belukar, ekosistem tegalan) dan ekosistem perairan (tawar, payau,
asin) (Joko Waluyo, 2013 : 23).
Ekosistem
terdiri dari komponen biotik dan abiotik,
1. Komponen Biotik
Biotik adalah mahluk hidup.
Lingkungan biotik suatu mahluk hidup adalah seluruh mahluk hidup, baik dari
spesiesnya sendiri maupun dari spesies berbeda yang hidup di tempat yang sama.
Dengan demikian, dalam suatu tempat , setiap mahluk hidup merupakan lingkungan
hidup bagi mahluk hidup lain. Komponen-komponen biotic terdiri dari berbagai
jenis mikroorganisme, jamur, ganggang, lumut, tumbuhan paku, tumbuhan tingkat
tinggi, invertebrata dan vertebrata serta manusia (Aryulina, 2004 : 268).
2. Komponen Abiotik
Abiotik adalah bukan mahluk hidup
atau komponen tak hidup. Komponen abiotik merupakan komponen fisik dan kimia tempat
hidup mahluk hidup. Contoh komponen abiotik antara lain suhu, cahaya, air,
kelembapan, udara, garam-garam mineral, dan tanah (Aryulina, 2004 : 268).
a.
Suhu
Suhu atau temperatur adalah derajat
energi panas. Sumber utama energi panas adalah radiasi matahari. suhu merupakan
komponen abiotik di udara , tanah, air. Suhu sangat diperlukan oleh setiap
mahluk hidup, berkaitan dengan reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh makhluk
hidup (Aryulina, 2004 : 268).
b.
Cahaya
Cahaya merupakan salah satu energi
yang bersumber dari radiasi matahari. cahaya matahari terdiri dari beberapa
macam panjang gelombang. Jenis panjang gelombang, intensitas cahaya, dan lama
penyinaran cahaya matahari dengan panjang gelombang tertentu untuk proses
fotosintesis (Aryulina, 2004 : 269).
c.
Air
Air terdiri dari molekul-molekul H2O.
Air dapat berbentuk padat, cair dan gas. Di alam, air dapat berbentuk gas
berupa uap air. Dalam kehidupan, air sangat diperlukan oleh makhluk hidup karena
sebagian besar tubuhnya mengandung air (Aryulina, 2004 : 269).
d.
Kelembapan
Kelembapan merupakan salah satu
komponen abiotik di udara dan tanah. Kelembapan di udara berarti kandungan uap
air di udara, sedangkan kelembapan di tanah berarti kandungan air dalam tanah.
Kelembapan diperlukan oleh mkhluk hidup agar tubuhnya tidak cepat kering karena
penguapan. Kelembapan yang diperlukan setiap makhluk hidup berbeda-beda
(Aryulina, 2004 : 269).
e.
Udara
Udara terdiri dari berbagai macam
gas, yaitu nitrogen (78,09%), oksigen (20,93%), karbon dioksida (0,03%) dan
gas-gas lainnya. Nitrogen diperklukan makhluk hidup untuk membentuk protein.
Oksigen digunakan mahluk hidup untuk bernapas. Karbin dioksida digunakan
tumbuhan utnuk fotosintesis (Aryulina, 2004 : 269).
f.
Garam-garam
mineral
Garam-garam mineral antara lain
ion-ion nitrogen. Fosfat, sulfur,kalsium dan natrium. Komposisi garam mineral
tertentu menentukan sifat tanah dan air (Aryulina, 2004 : 269).
g.
Tanah
Tanah merupakan hasil pelapukan
batuan yang disebabkan oleh iklim atau lumut, dan pembusukan bahan organic.
Tanah memilki sifat,tekstur dan kandungan garam mineral tertentu (Aryulina,
2004 : 269).
Menurut wilayah
permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari tepi laut semakin ke
tengah, laut dibedakan sebagai berikut.
a.
Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar 200
m.
b.
Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalaman 200-1000 m.
Hewannya misalnya ikan hiu.
c.
Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2.500 m. Hewan
yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
d.
Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m; tidak terdapat
tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah
ini.
e.
Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman lebih dari 6.000
m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan ikan Taut yang dapat
mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di
tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang tertentu
(Purnomo, dkk. 2005 : 117).
Di laut, hewan dan
tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan
tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak
minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis
melalui insang. Garam yang berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif
(Purnomo, dkk. 2005:117).
Ekosistem buatan adalah ekosistem
yang diciptakan manusia utnuk memenuhi kebutuhannya. Contohnya bendungan,
agroekosistem berupa sawah tadah hujan, sawah irigasi (Aryulina, 2004 : 278).
Hubungan antara organisme satu dengan yang lainnya
dan dengan semua komponen lingkungannya sangat kompleks (rumit), dan bersifat
timbale balik (Resosoedarmo, 1986).
Ekosistem merupakan konsep sentral dalam ekologi
karena ekosistem (sistem ekologi) itu terbentuk oleh hubungan timbale balik
antara makhluk hidup dengan lingkungannya (Soemarwoto, 1983).
Istilah ekosistem pertama kali diusulkan oleh
seorang ahli ekologi berkebangsaan Inggris bernama A.G. Transley pada tahun
1935, meskipun tentu saja konsep itu sama sekali bukan merupakan konsep yang
baru. Terbuktu bahwa sebelum akhir tahu 1800-an, pernyataan resmi tentang
istilah dan konsep yang berkaitan dengan ekosistem mulai terbit cukup menarik
dalam literature-literatur ekologi di Amerika, Eropa, dan Rusia (Odum, 1993).
Suatu ekosistem
dapat diibaratkan sebuah pesawat antariksa yang didesain untuk menjaga
kehidupan para astronot pada kurun waktu tertentu. Secara teori pemeliharaan
pesawat antariksa dapat dilakukan sangat sederhana, yaitu sebuah tangki besar
yang di dalamnya disediakan algae mikroskopis yang diletakkan di jendela
pesawat tersebut. Hal ini dimaksudkan agar algae yang diletakkan di jendela
terkena sinar matahari sehingga dapat melakukan fotosintesis. Dalam proses ini
algae menyerap karbon dioksida dan air, dan dengan menggunakan energi dari
sinar matahari untuk membuat bahan dasar menjadi glucose yang kaya akan energy.
Pada tahap selanjutnya, algae menggunakan glucose dan nutrisi tambahan yang
berasal dari larutan yang ada dalam tangki untuk memelihara pertumbuhannya dan
pembelahan sel. Pada proses fotosintesis, algae juga menghasilkan oksigen yang
dapat dimanfaatkan oleh astronot untuk bernafas dalam tangki tersebut. Astronot bernafas juga memerlukan oksigen dan
melepaskan karbon dioksida, dan merupakan gas yang dibutuhkan oleh algae dalam
proses fotosintesis. Begitu juga ketika astronot lapar dan haus, mereka juga
dengan mudah memanfaatkan algae yang ada dalam tangki untuk sup sebagai makanan
mereka. Pada waktu akan membuat sup berikutnya, algae akan memproduksi sejumlah
bagian algae yang telah dimanfaatkan oleh astronot. Tentu saja astronot
mengeluarkan kotoran dan dalam kurun waktu tertentu terjadi penguraian
(dekomposisi), akhirnya akan menghasilkan air dan nutrisi ke dalam tangki yang
dibutuhkan algae sebagai bahan kehidupannya (Nebel, 1981).
Organisme
terdapat di laut, di padang pasir, di hutan atau sebagainya. Setiap organisme
hidup dalam lingkungan masing-masing. Lingkungan biotik dan abiotik (Soemarwoto.
1989 : 73).
Siklus nutrisi
adalah perpindahan unsure kimia dari lingkungan ke dalam tubuh organisme hidup,
dan dari organisme hidup kembali ke lingkungan. Secara keseluruhan pengertian
siklus nutrisi dapat dijelaskan dengan konsep organik dan anorganik. Istilah
organic adalah berasal dari kata organisme, yang menunjukkan suatu kehidupan,
apakah sebagai kehidupan: tumbuhan, hewan, atau mikroba. Jadi organik dalam
pengertian umum berarti semua benda yang hidup (organisme) yang meliputi
monera, protista, fungi, tumbuhan, dan hewan. Sebaliknya anorganik menunjukkan
segala sesuatu yang berasal bukan dari organisme hidup. Contoh batuan, mineral,
metal, udara, dan air yang senantiasa dibutuhkan oleh makhluk hidup tetapi ini
semua bukan makhluk hidup, karena disebut anorganik (Sudarmadji, 2004 : 16).
Prinsip kedua
dalam ekosistem adalah kebutuhan energy bagi organisme. Kebutuhannya dapat
dimengerti dengan mudah atau dengan menganalogikan, jika kita hendak membangun
sebuah rumah, yang oertama kali kita butuhkan tentu kebutuhan dasar rumah.
Misalnya batu, pasir, batu merah, semen, paku, dan lain-lain; kemudian kita
baru menyusun material tersebut menjadi sebuah rumah. Tentu saja kegiatan membangun rumah ini membutuhkan
energi (Sudarmadji, 2004 : 17).
Energy yang dimiliki
oleh setiap organisme hidup adalah energy kimia yang diperoleh dari makanannya
dalam bentuk protein, karbohidrat, lemak, dan sebagainya. Energy tersebut
diciptakan pertama kali pada tingkatan produsen, yaitu tum buhan hijau dengan
mengubah energy matahari ke dalam bentuk energy potensial. Energy potensial
adalah energy yang tersimpan dan dapat digunakan untuk melakukan kerja,
contohnya protein, karbohidrat, dan lemak. Adapun energi kinetik merupakan
energy yang terlepaskan atau energy yang dibebaskan oleh organisme berupa
energy gerak (Indriyanto, 2010 : 29).
Komunitas dari suatu ekosistem
berinteraksi satu sama lain dan juga berinteraksi dengan lingkungan abiotik.
Interaksi suatu organisme dengan lingkungannya terjadi utnuk kelangsungan
hidupnya. Struktur trifik terdiri dari tingkat-tingkat trofik. Tingkat trofik
pertama adalah kelompok organisme autotrof. Tingkat trofik kedua dan
selanjutnya adalah kelompok organisme heterotrof. Organisme autotrof disebut
juga produsen. Organisme heterotrof disebut juga konsumen. Konsumen primer
adalah organisme pemakan produsen atau disebut herbivore. Konsumen sekunder
merupakan organisme pemakan konsumen primer (karnivora). Konsumen tersier
adalah organisme pemakan konsumen sekunder (Aryulina, 2004 : 279-280).
Cahaya matahari merupakan sumber
utama energy bagi kehidupan. Energy cahaya matahari masuk ke dalam komponen
biotic melalui produsen. Oleh produsen, energy cahaya matahri di ubah menjadi
energy kimia. Energy kimia mengalir dari produsen ke konsumen dari berbagai
tingkat trofik melalui jalur rantai makanan. Energy kimia yang diperoleh
organisme digunakan untuk kegiatan hiduonya sehingga dapat tumbuh dan
berkembang (Aryulina, 2004 : 281).
Kekekalan
struktur suatu ekosistem menghasilkan satu macam organisme dalam suatu kelompok
yang diwakili tidak hanya individu-individu yang statis, melainkan oleh
perkembangbiakan populasi. Masing-masing populasi adalah dapat berubah pada
perubahan genetika, sebagai respon terhadap perubahan lingkungan yang
berlangsung sedikit demi sedikit; sebagi dasar generika dari perubahan
populasi, maka seluruh struktur ekosistem dapat secara berangsur-angsur
mengalami perubahan pula (Nebel, 1981).
Materi, seperti
energi, tidak bisa diciptakan atau dihancurkan. Hukum kekekalan masaa (law of conservation
mass) ini sama pentingnya dengan hukum-hukum termodinamika bagi para ahli
ekologi ekosistem. Karena massa bersifat kekal, kita dapat menentukan seberapa
banyak unsur kimia yang didaur di dalam suatu ekosistem, atau diperoleh atau
hilang dari ekosistem itu seiring waktu (Campbell, 2008 : 407).
Ekosistem
merupakan kesatuan dari seluruh komponen yang membangunnya. Di dalam suatu
ekosistem terdapat proses yang saling terkait dan memeranguhi antar sema
komponen. Pada suatu ekosistem terdapat komponen yang hidup (biotic) dan
komponen tak hidup (abiotik).
Dalam ekosistem,
keberadaan komponen abiotik sangat mempengaruhi komponen bitik. Misal: tumbuhan
dapat hidup baik apabila lingkungan memberikan unsur-unsur yang dibutuhkan
tumbuhan tersebut, yaitu air, udara, cahaya, dan garam-garam mineral. Begitu
juga sebaliknya komponen biotik sangat mempengaruhi komponen abiotik. Misal:
tumbuhan yang ada di hutan sangat memengaruhi keberadaan air, sehingga mata air
dapat bertahan dan tanah menjadi subur. Tetapi apabila tidak ada tumbuhan, air
tidak dapat tertahan sehingga dapat menyebabkan tanah longsor dan menjadi
tandus (Rahmawati, 2012 : 58).
Ketergantungan
antar komponen biotic dapat terjadi melalui :
1. Rantai
makanan
Yaitu
perpindahan materi dan energy melalui proses makan dan dinamakan dengan urutan
tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau taraf
trofi. Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan adalah
tumbuhan, maka tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan hijau sebagai
produsen.
2. Jaring-jaring
makanan, yaitu rantai-rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain
sedemikian rupa sehingga membentuk seperti jaringan-jaringan. Jaringan-jaringan
makanan terjadi karena setiap jenis makhluk hidup tidak hanya memakan satu
jenis makhluk hidup lainnya.
Ketergantungan antara komponen biotic dan abiotik
dapat terjadi melalui siklus materi seperti :
1. Siklus
karbon
2. Siklus
air
3. Siklus
nitrogen
4.
Siklus sulphur
Siklus ini
berfungsi untuk mencegah suatu bentuk materi menumpuk pada suatu tempat. Ulah
manusia telah membuat suatu sistem yang awalnya siklis menjadi nonsiklis,
manusia cenderung mengganggu kesetimbangan lingkungan (Hutagalung, 2010 : 14-15).
Telah dijelaskan
bahwa interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya membentuk ekosistem.
Dengan beranekaragamnya kondisi lingkungan dan keanekaragaman hayati, maka
terbentuklah keanekaragaman ekosistem. Masing-masing ekosistem memiliki
keanekaragaman makhluk hidup tertentu pula. Beberapa ekosistem itu antara lain
:
1. Ekosistem
hutan bakau, terdapat di daerah pantai.
2. Ekosistem
hutan hujan tropis, terdapat di sebagian besar kepulauan Indonesia.
3. Ekosistem
padang rumput (Savana).
4. Ekosistem
sawah, terdapat di daerah pertanian.
5.
Ekosistem kota, terdapat di perkotaan
(Syamsuri, 2004 : 99).
Tahapan pokok bekerjanya ekosistem
adalah sebagai berikut :
a. Penerimaan
radiasi energy matahari.
b. Penyusunan
bahan organik dari bahan anorganik oleh produsen.
c. Pemanfaatan
produsen oleh konsumen dan selanjutnya diolah dengan sangat teliti.
d.
Setelah produsen dan konsumen mati
senyawa organic kompleks diubah dan akhirnya menjadi bentuk yang tersedia untuk
digunakan kembali oleh produsen (Sedhana, 1983 : 49-50).
IV.
VI.
Hasil
Pengamatan
a. Biotik
Komponen
|
Jumlah
|
Presentase
|
|
Keseluruhan
|
Perkomponen
|
||
Nyamuk
|
13
|
60%
|
4,78%
|
Lalat
|
1
|
0,37%
|
|
Semut
|
23
|
8,46%
|
|
Tumbuhan A
|
108
|
39,75%
|
|
Tumbuhan B
|
5
|
1,84%
|
|
Rumput Teki
|
13
|
4,78%
|
|
Jumlah
|
163
|
59,98%
|
b. Abiotik
Komponen
|
Jumlah
|
Presentase
|
|
Keseluruhan
|
Perkomponen
|
||
Plastik
|
19
|
40%
|
4,45%
|
Daun
mati
|
47
|
11%
|
|
Batu
|
103
|
24%
|
|
Kawat
|
2
|
0,47%
|
|
Jumlah
|
171
|
39,92%
|
VII.
Pembahasan
Dalam
praktikum kali ini akan mencoba Mengenal Ekosistem. Dalam praktikum ini kita
memiliki tujuan yaitu untuk mengenal komponen-komponen yang terdapat di dalam
ekosistem dan kedudukannya dalam ekosistem. Untuk dapat memenuhi tujuan
tersebut, maka kita perlu mempersiapkan segala alat dan bahan yang diperlukan
untuk pelaksanaan praktikum ini. Alat-alat yang dibutuhkan adalah tali rafia
yang kita gunakan untuk membatasi daerah pengamatan seluas 1 x 1 m2
dan kita ikatkan pada pasak. Alat yang kedua adalah berupa pasak yang kita
tanamkan ke dalam tanah di daerah pengamatan tersebut. Alat selanjutnya adalah
kantong plastik, dan yang terakhir alat tulis agar kita dapat mendata hasil
pengamatan. Dalam pelaksanaan praktikum ini kita juga memerlukan beberapa
bahan, yaitu sebuah ekosistem daratan yang berada di sekitar kampus seluas 1 x 1
m2.
Untuk mendapatkan hasil percbaan
dan untuk membandingkan hasilnya, kita harus melakukan beberapa langkah
percobaan. Langkah yang pertama adalah menentukan ekosistem daratan manakah
yang akan diamati. Kemudian kita menentukan daerah pengamatan dengan membuat
kuadran 1 x 1 m2 pada daerah pengamatan. Langkah selanjutnya adalah
melakukan inventarisasi mengenai komponen abiotik dan komponen biotik yang
terdapat di dalamnya. Setelah itu kita menentukan berdasarkan kelengkapan
komponen yang teramati dalam ekosistem tersebut. Dan langkah yang terakhir
adalah membuat diagram yang menghubungkan komponen-komponen dalam ekosistem
tersebut dan daur energy yang ada di dalamnya.
Dalam praktikum
kali ini kita memilih halaman yang berada di sebelah utara gedung Biologi.
Setelah kita selesai menenukan tempat yang pas, kami memasang pasak seluas 1 x
1 m2 yang ditanamkan di setiap sudut-sudutnya. Setelah itu kami
memasang rafia dan mengamati komponen-komponen apa saja yang ada di dalam
ekosistem tersebut.
Kami mengamati
komponen-komponen biotik yang ada di dalam daerah pengamatan. Komponen biotic
tersebut berupa 13 ekor nyamuk yang berterbangan, 1 buah lalat, 23 buah semut
yang bersembunyi di bawah daun-daun dan juga ada yang keluar dari dalam tanah. Di
sini terdapat 2 buah tanaman yang tidak kami ketahui namanya, sehingga kami
sebut dengan tanaman A, tanaman itu berjumlah 108 buah. Ciri-ciri tanamannya
yaitu daunnya sejajar, warna daunnya hijau dan kecil, akarnya serabut, batangnya
tidak berkayu, memiliki cirri-ciri batang mendekati rumput teki yaitu batangnya
berada di bawah langsung menyatu dengan akar dan tangkai daun, sehingga tangkai
daun itu nampak seperti batang.
Komponen biotic
lain yang kami temukan adalah tanaman yang juga tidak kami ketahui namanya
dengan, sehingga kami memberinya nama tanaman B, tanaman ini berjumlah 5 buah.
Ciri-ciri morfologinya adalah tipe daunnya menyirip, berwarna hijau dan agak
tebal, memiliki akar yang tunggang, terdapat stolon yang menghubungkan akar
yang satu dengan akar yang lain, sehingga beberapa batangnya tumbuh dengan akar
yang menyatu, batangnya berkayu meskipun ukurannya kecil.
Selain itu, kami
juga mendapati ada 13 buah tanaman rumput teki, yang kita tahu cirri-cirinya
yaitu memiliki akar yang serabut, daunnya sejajar dan bewarna hijau, batangnya
tidak berkayu. Jumlah frekuensi seluruh komponen biotik adalah 13+1+23+108+5+13
yaitu 163. Setelah kami mendata semua
komponen biotiknya, kemudian kami menghitung prosentase komponen biotik
tersebut secara keseluruhan dengan menggunakan rumus,
.
Kemudian kami menghitung prosentase
perkomponennya dengan menggunakan rumus,
.
Untuk yang pertama kami menghitung
prosentase nyamuk dalam ekosistem tersebut,
.
Komponen yang kedua adalah lalat,
.
Komponen yang ketiga adalah semut,
.
Komponen yang keempat adalah tumbuhan
A,
.
Selanjutnya adalah komponen yang
kelima yaitu tumbuhan B,
.
Dan komponen abiotik yang terakhir
.
Dari hasil
perhitungan diatas dapat kita deskripsikan bahwa komponen biotik yang menempati
urutan pertama adalah tanaman A dengan prosentase 39,75%, diikuti dengan semut,
dengan prosentase 8,46%. Diurutan ke tiga ada nyamuk dan rumput teki dengan
prosentase yang sama, yaitu sebesar 4,78%, kemudian diurutan keempat ada tanaman
B dengan perolehan prosentase 1,84%. Dan di urutan terakhir ada lalat dengan
prosentase sebesar 0,37%.
Sedangkan pada komponen abiotiknya,
kami melihat ada 19 buah plastik makanan yang tercecer, kemudian kami juga
menghitung ada 47 buah daun mati yang kemungkinan terkena angin atau merupakan
daun yang berguguran. Kami juga menghitung ada 103 buah batu kecil yang
mendiami daerah pengamatan yang kami tentukan. Kami juga melihat ada 2 buah
kawat yang tercecer di daerah pengamatan kami. Dan kami juga menemukan
komponen-komponen abiotik yang tidak dapat kami hitung jumlah atau
intensitasnya, seperti tanah, air, udara, cahaya matahari, dan suhu. Jumlah
frekuensi seluruh komponen abiotik adalah 19+47+103+2 yaitu 171. Setelah kami mendata semua komponen
abiotiknya, kemudian kami menghitung prosentase komponen abiotik tersebut
secara keseluruhan dengan menggunakan rumus,
.
Kemudian kami menghitung prosentase
perkomponennya dengan menggunakan rumus,
.
Untuk yang pertama kami menghitung
prosentase plastic dalam ekosistem tersebut,
.
Komponen yang kedua adalah daun
mati,
.
Komponen yang ketiga adalah batu,
.
Dan komponen abiotik yang terakhir
adalah kawat,
.
Dari hasil
perhitungan diatas dapat kita deskripsikan bahwa komponen abiotik yang menempati
urutan pertama adalah batu dengan prosentase 24%, diikuti dengan daun mati
dengan prosentase sebesar 11%, kemudian diurutan ketiga ada plastic dengan
perolehan prosentase 4,45%, dan urutan yang paling rendah adalah kawat dengan
perolehan prosentase 0,47%.
Dalam ekosistem
yang berada di sebelah utara gedung biologi yang terdiri atas wilayah seluas 1
x 1 m2 ini dimungkinkan adanya hubungan yang saring mempengaruhi.
Misalkan saja, daun yang mati dapat menjadi humus sehingga kandungan mineral
dalam tanah dapat terpenuhi sehingga tumbuhan dapat hidup dengan baik. Selain
itu tanah juga sebagai media tanam dari tumbuhan-tumbuhan yang ada di lokasi
tersebut yang mampu menyimpan air dan zat mineral. Tanah juga menjadi tempat
tinggal semut, di dalam ekosistem ini diperlukan adanya decomposer untuk
menguraikan pastik yang membutuhkan waktu penguraian yang cukup lama.
Ekosistem
terbuka adalah sebuah ekosistem yang mendapatkan masukan energi dari luar ke
dalam sistem tersebut, sedangkan ekosistem tertutup tidak mendapatkan energi
dari luar.
Di dalam sebuah
ekosistem, terdapat pengaruh-pengaruh abiotik yang kadang tidak kasat mata atau
tidak dapat kita hitung jumlahnya. Pengaruh abiotik yang pertama adalah cahaya
matahari. Cahaya matahari adalah komponen abiotik utama yang berguna sebagai
sumber energi primer bagi kehidupan. Terlebih bagi tumbuhan dan makhluk hidup
autotrof lainnya untuk berfotosintesis. Sehingga kebutuhan mendasar dari sebuah
aliran energy dapat terpenuhi. Cahaya matahari dapat kita lihat secara kasat
mata, tetapi tidak dapat kita sentuh dan kita hitung jumlahnya. Cahaya matahari
memiliki beberapa spectrum yang bebeda-beda. Tak semua spektrum sinar matahari
bermanfaat untuk fotosintesis, hanya cahaya tampak merah, nila dan biru yang
mampu membantu turut berjalannya proses fototsintesis. Penyebaran cahaya
matahari dipermukaan bumi juga tak merata. Adanya penyusupan cahaya lain ke
dalam air juga terbatas, oleh sebab itu setiap organisme memiliki cara
tersendiri untuk beradaptasi terhadap unsur-unsur cahaya tersebut. Faktor cahaya
juga berkaitan dengan faktor suhu. Meskipun suhu dapat kita rasakan, namun suhu
tersebut tidak dapat kita sentuh dan kita lihat secara kasat mata. Makhluk hidup
memiliki suhu optimum tertentu untuk kelangsungan hidupnya. Reaksi kimia dalam
tubuh organisme juga sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Sempitnya sebaran
suhu yang memungkinkan proses biokimia dapat berlangsung secara efisien,
menunjukan jika organisme di manapun mereka hidup. Suhu adalah komponen yang
sangat berpengaruh terhadap proses fisiologis yang berlangsung dalam tubuh
makhluk hidup. Proses fisiologis dalam tubuh makhluk hidup memerlukan enzim.
Aktivitas enzim sendiri sangat dipengaruhi oleh suhu. Enzim bisa bekerja dengan
kisaran toleransi suhu yang relatif sempit. Oleh sebab itu, setiap makhluk
hidup selalu menghindari perubahan suhu lingkungan yang ekstrim dan berusaha
untuk mendapatkan suhu optimum supaya tak menggangu proses fisiologis dalam
tubuhnya.
Selain cahaya
matahari dan suhu, juga terdapat abiotik lainnya yaitu air. Air juga merupakan
komponen besar bagi penyusun tubuh makhluk hidup selain menjadi tempat hidup
bagi makhluk hidup yang tinggal dalam air. Oleh sebab itulah air adalah salah
satu komponen yang juga menjadi penentu kelangsungan hidup makhluk hidup
penyusun ekosistem. Beberapa
fungsi air adalah sebagai pelarut mineral-mineral, sebagai tempat hidup atau
habitat bagi organisme yang hidup di air, pertumbuhan tumbuhan, perkecambahan,
dan penyebaran biji, beberapa dalam fotosintesis, bagi manusia, air diperlukan
sebagai air minum dan sarana hidup lain, misalnya transportasi bagi manusia, bagi
unsur abiotik lain, misalnya tanah dan batuan, air diperlukan sebagai pelarut
dan pelapuk,mengabsorbsi temperature dengan baik/ mengatur temperature di dalam
tanaman, menciptakan situasi emperatur yang konstan. Perubahan kehidupan dari
air ke darat pada beberapa organisme atau siklus organisme selalu terbentuk
pada cara mengatasi kekurangan air.
Masalah lain yang dihadapi organisme darat di daerah kering adalah tanpa air
tidak ada kehidupan dan sebaliknya, jika ada air maka aka nada kehidupan.
Adapun sifat air terdiri atas sifat kimia air. Kepekatan air berhubungan dengan
salinitas air, karena bervariasinya garam mineral yang terlarut dalam air. Hal
ini sangat mempengaruhi pola kehidupan organisme. Pola kehidupan orgnisme di
air yang salinitasnya rendah sangat berbeda dengan pola kehidupan organism di
air yang salinitasnya tinggi. Selain itu ada sifat jelek air, yaitu aliran air
yang deras, suhu air yang tinggi dan keadaan air lain yang merugikan organisme
lain. Keberadaan air dalam setiap
ekosistem sangat menentukan kelangsungan hidup semua organisme yang ada di
dalamnya.. kandungan air di berbagai lingkungan berbeda. Oleh karena itu, pada
kondisi lingkungan yang kandungan airnya berbeda akan ditemukan organisme yang
berbeda.Seperti ikan yang hidup di air tawar berbeda dengan ikan yang hidup di
laut.
Pengaruh abiotik
lainnya yang juga sangat berpengaruh terhadap ekosistem yaitu udara. Udara atau
gas merupakan komponen penyusun atmosfer bumi yang hanya dapat kita rasakan dan
tidak dapat kita sentuh dan lihat secara kasat mata. Komponen udara seperti
oksigen, karbon dioksida, nitrogen dan hidrogen juga termasuk komponen
terpenting untuk kehidupan makhluk hidup baik untuk pernafasan, metabolisme
tubuh dan siklus-siklus lain. Sebagian gas-gas yang ada diudara akan turun ke
tanah dan mampu bersenyawa dengan tanah sehingga menyebabkan tanah lebih subur
karena kaya akan zat dan mineral. Pengaruh abiotik yang selanjutnya adalah
kelembaban. Kelembaban adalah jumlah kadar air yang terdapat di udara dan
biasanya dapat diukur dengan alat bernama Hygrometer yang memiliki satuan
persen (%). Kelembaban udara ini sangat berpengaruh terhadap evapotranspirasi
(penguapan air). Evapotranspirasi yang terjadi pada makhluk hidup memiliki
pengaruh terhadap kesediaan air dalam tubuh makhluk hidup. Ketersediaan air
dalam tubuh makhluk hidup ini tentu memberikan pengaruh yang begitu besar
terhadap proses metabolisme tubuh. Pengaruh abiotik lainnya adalah arus angin.
Angin adalah pergerakan udara yang disebabkan oleh perbedaan suhu antara tempat-tempat tertentu. Arus angin juga disebut dengan aliran angin yang mengalir di alam. Arus angin ini berfungsi untuk menjaga kesuburan tanah, dimana arus angin memiliki pengaruh terhadap penguapan air dari daun tumbuhan dan hewan. Ekosistem juga dipengaruhi faktor abiotik berupa pH (potensial Hidrogen/Derajat Keasaman). Kondisi tanah atau air maupun media hidup makhluk hidup dilingkungan disebut juga dengan pH. pH memiliki pengaruh terhadap kecepatan metabolisme dan kemampuan adaptasi makhluk hidup yang mendiaminya sehingga dapat berpengaruh terhadap distribusi makhluk hidup dimuka bumi. Iklim juga turuh mempengaruhi ekosistem. Iklim adalah keadaan cuaca (kelembaban udara, suhu, curah hujan dan sebagainya). Sepanjang tahun, suhu disuatu tempat akan berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah dan distribusi tumbuhan dan hewan. Topografi juga turut mempengaruhi sebuah ekosistem. Topografi merupakan faktor altitude (ketinggian suatu tempat dari permukaan laut) dan latitude (letak lintang suatu tempat yang diukur dari khatulistiwa) suatu tempat. Topografi juga disebut dengan kombinasi antara posisi lintang suatu tempat dipermukaan bumi dengan tinggi rendahnya permukaan laut. Topografi ini berpengaruh terhadap ikilm, sedangkan iklim sendiri sangat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah yang juga akan memberikan pengaruh terhadap persebaran makhluk hidup. Arus dan ombak juga mempengaruhi sebuah ekosistem terutama ekosistem air. Arus air dan ombak merupakan pola pergerakan air yang disebabkan oleha rus angin ataupun gaya gravitasi bumi. Arus air dan ombak ini memiliki pengaruh terhadap pola adaptasi makhluk hidup sehingga dapat bertahan dalam ekosistemnya. Dan komponen abiotik lain yang mempengaruhi sebuah ekosistem adalah salinitas. Kepentingan salinitas dapat dilihat secara tajam di spesies laut dan air tawar. Salinitas juga berpengaruh terhadap distribusi hewan-hewan di daerah pasang surut atau pertemuan sungai dan laut. Hewan-hewan di area ini mempunyai kemampuan untuk adaptasi fisiologi atau adaptasi tingkah laku untuk dapat bertahan terhadap turun naiknya (fluktuasi) salinitas harian yang mengikuti irama psang surut air laut. Tak lupa pengaruh tanah bagi ekosistem, keberadaan suatu ekosistem juga dipengaruhi oleh kondisi tanah. Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme terutama tumbuhan. Adanya tumbuhan akan menjadikan suatu daerah memiliki berbagai organisme pemakan tumbuhan dan organisme lain yang memakan pemakan tumbuhan tersebut, artinya tanah mempengaruhi kelangsungan hidup organisme dalam suatu ekosistem. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan. Manusia dapat memanfaatkan tanah lebih besar dibandingkan dengan organism lain, namun perlakuan manusia yan berlebihan pada tanah dapat menyebabkan hilangnya kesuburan tanah dan tanah menjadi gersang. Tanah terbentuk dari proses pengahncran atau pelapukan dari batuan induk menjadi bentuk- bentuk berupa partikel yang sangat halus. Hujan, angin, air, suhu, aliran sungai, salju serta lumut kerak (Lichenes) merupakan factor-faktor yang berperan dalam proses terjadinya tanah. Proses ini dikenal dengan istilah hancuran iklim. Tanah tersusun atas bahan-bahan mineral 45%, bahan organik 5%, air 25%, dan udara 25%, Bagi kehidupan tanaman, tanah dengan komponen penyusunnya yang menyatu berfungsi sebagai media tempat geraknya tanaman, gudang unsur hara bagi keperluan nutrisi tanaman, tempat pesediaan air bagi tanaman, dan tempat persediaan oksigen tanah. Tanah meupakan medium yang porous. Dapat menahan air, dapat meneruskan sebagian yang berasal dari air hujan maupun air dalam tanah itu sendiri. Kualitas tanah bisa dilihat dari derajat keasaman (pH), tekstur (komposisi partikel tanah), dan kandungan garam mineral atau unsur haranya.
Angin adalah pergerakan udara yang disebabkan oleh perbedaan suhu antara tempat-tempat tertentu. Arus angin juga disebut dengan aliran angin yang mengalir di alam. Arus angin ini berfungsi untuk menjaga kesuburan tanah, dimana arus angin memiliki pengaruh terhadap penguapan air dari daun tumbuhan dan hewan. Ekosistem juga dipengaruhi faktor abiotik berupa pH (potensial Hidrogen/Derajat Keasaman). Kondisi tanah atau air maupun media hidup makhluk hidup dilingkungan disebut juga dengan pH. pH memiliki pengaruh terhadap kecepatan metabolisme dan kemampuan adaptasi makhluk hidup yang mendiaminya sehingga dapat berpengaruh terhadap distribusi makhluk hidup dimuka bumi. Iklim juga turuh mempengaruhi ekosistem. Iklim adalah keadaan cuaca (kelembaban udara, suhu, curah hujan dan sebagainya). Sepanjang tahun, suhu disuatu tempat akan berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah dan distribusi tumbuhan dan hewan. Topografi juga turut mempengaruhi sebuah ekosistem. Topografi merupakan faktor altitude (ketinggian suatu tempat dari permukaan laut) dan latitude (letak lintang suatu tempat yang diukur dari khatulistiwa) suatu tempat. Topografi juga disebut dengan kombinasi antara posisi lintang suatu tempat dipermukaan bumi dengan tinggi rendahnya permukaan laut. Topografi ini berpengaruh terhadap ikilm, sedangkan iklim sendiri sangat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah yang juga akan memberikan pengaruh terhadap persebaran makhluk hidup. Arus dan ombak juga mempengaruhi sebuah ekosistem terutama ekosistem air. Arus air dan ombak merupakan pola pergerakan air yang disebabkan oleha rus angin ataupun gaya gravitasi bumi. Arus air dan ombak ini memiliki pengaruh terhadap pola adaptasi makhluk hidup sehingga dapat bertahan dalam ekosistemnya. Dan komponen abiotik lain yang mempengaruhi sebuah ekosistem adalah salinitas. Kepentingan salinitas dapat dilihat secara tajam di spesies laut dan air tawar. Salinitas juga berpengaruh terhadap distribusi hewan-hewan di daerah pasang surut atau pertemuan sungai dan laut. Hewan-hewan di area ini mempunyai kemampuan untuk adaptasi fisiologi atau adaptasi tingkah laku untuk dapat bertahan terhadap turun naiknya (fluktuasi) salinitas harian yang mengikuti irama psang surut air laut. Tak lupa pengaruh tanah bagi ekosistem, keberadaan suatu ekosistem juga dipengaruhi oleh kondisi tanah. Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme terutama tumbuhan. Adanya tumbuhan akan menjadikan suatu daerah memiliki berbagai organisme pemakan tumbuhan dan organisme lain yang memakan pemakan tumbuhan tersebut, artinya tanah mempengaruhi kelangsungan hidup organisme dalam suatu ekosistem. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan. Manusia dapat memanfaatkan tanah lebih besar dibandingkan dengan organism lain, namun perlakuan manusia yan berlebihan pada tanah dapat menyebabkan hilangnya kesuburan tanah dan tanah menjadi gersang. Tanah terbentuk dari proses pengahncran atau pelapukan dari batuan induk menjadi bentuk- bentuk berupa partikel yang sangat halus. Hujan, angin, air, suhu, aliran sungai, salju serta lumut kerak (Lichenes) merupakan factor-faktor yang berperan dalam proses terjadinya tanah. Proses ini dikenal dengan istilah hancuran iklim. Tanah tersusun atas bahan-bahan mineral 45%, bahan organik 5%, air 25%, dan udara 25%, Bagi kehidupan tanaman, tanah dengan komponen penyusunnya yang menyatu berfungsi sebagai media tempat geraknya tanaman, gudang unsur hara bagi keperluan nutrisi tanaman, tempat pesediaan air bagi tanaman, dan tempat persediaan oksigen tanah. Tanah meupakan medium yang porous. Dapat menahan air, dapat meneruskan sebagian yang berasal dari air hujan maupun air dalam tanah itu sendiri. Kualitas tanah bisa dilihat dari derajat keasaman (pH), tekstur (komposisi partikel tanah), dan kandungan garam mineral atau unsur haranya.
Sesuai
dengan teori yang ada, bahwa antara komponen biotik dan komponen abiotik
dimanapun itu akan selalu membentuk sebuah rantai makanan, jaring-jaring
makanan, aliran energy, maupun siklus nutrisi. Rantai makanan adalah peristiwa
makan dan dimakan antara makhluk hidup dengan urutan tertentu. Dalam rantai
makanan ada makhluk hidup yang berperan sebagai produsen, konsumen, dan
dekomposer. Pada rantai makanan tersebut terjadi proses makan dan dimakan
dalam urutan tertentu. Tiap tingkat dari rantai makanan dalam suatu
ekosistem disebut tingkat trofik. Pada tingkat trofik pertama adalah organisme
yang mampu menghasilkan zat makanan sendiri yaitu tumbuhan hijau atau organisme
autotrof dengan kata lain sering disebut produsen. Organisme yang menduduki
tingkat tropik kedua disebut konsumen primer atau konsumen I. Konsumen I
biasanya diduduki oleh hewan herbivora. Organisme yang menduduki tingkat tropik
ketiga disebut konsumen sekunder atau Konsumen II, diduduki oleh hewan pemakan
daging yang disebut karnivora dan seterusnya. Organisme yang menduduki tingkat
tropik tertinggi disebut konsumen puncak. Jaring-jaring makanan adalah gabungan dari rantai-rantai makanan
yang berhubungan dikombinasikan atau digabung, yang tumpang tindih dalam
ekosistem. Aliran energi dalam ekosistem adalah proses berpindahnya energi dari
suatu tingkat trofik ke tingkat trofik berikutnya yang dapat digambarkan dengan
rantai makanan atau dengan piramida biomasa. Ekosistem mempertahankan diri
dengan siklus energi dan nutrisi yang diperoleh dari sumber eksternal. Pada
tingkat trofik pertama, produsen primer (tumbuhan, alga, dan beberapa bakteri)
menggunakan energi matahari untuk menghasilkan bahan tanaman organik melalui
fotosintesis. Hewan Herbivora yang makan hanya pada tanaman membuat tingkat
trofik kedua. Predator yang memakan herbivora terdiri dari tingkat trofik
ketiga, jika predator yang lebih besar hadir, mereka mewakili tingkat trofik
lebih tinggi lagi. Organisme yang makanan pada beberapa tingkat trofik
(misalnya, beruang grizzly yang memakan buah dan salmon) diklasifikasikan pada
tertinggi tingkat trofik di mana mereka makan. Ada pula dekomposer, yang
meliputi bakteri, jamur, jamur, cacing, dan serangga, memecah limbah dan
organisme mati dan kembali nutrisi ke dalam tanah.
Suatu
ekosistem sangat memerlukan adanya kesetimbangan di dalamnya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi keseimbangan ekosistem yang pertama adalah penggunaan bahan kimia, misalnya
untuk meningkatkan hasil pertanian, para petani melakukan pemupukan dan pemberantasan
hama. Pupuk dari bahan kimia saat ini lebih banyak dipakai daripada pupuk
alami. Contoh pupuk dari bahan kimia adalah urea, NPK, dan ZA. Adapun contoh
pupuk alami adalah pupuk kandang dan kompos. Faktor yang kedua adalah
penebangan hutan.Jika penebangan hutan dilakukan secara besar-besaran tanpa
terkendali, terjadilah hutan gundul yang dapat menyebabkan banjir, erosi, dan
tanah longsor. Akibat yang lebih merugikan lagi adalah punahnya beberapa jenis
makhluk hidup yang ada di hutan. Oleh karena itu, harus ada keseimbangan antara
penebangan hutan dan penanaman hutan kembali. Faktor yang ketiga yaitu
pemburuan liar. Perburuan liar dapat menyebabkan hewan menjadi punah. Akibatnya
keseimbangan ekosistem menjadi terganggu. Faktor yang keempat adalah penggunaan
kendaraan bermotor. Bahan bakar dibutuhkan untuk menjalankan kendaraan
bermotor. Bahan bakar dapat berupa bensin dan solar. Pembakaran bahan bakar
menyebabkan polusi udara. Pembakaran tersebut menghasilkan gas karbon
diokasida. Akibatnya, jumlah karbon dioksida semakin banyak. Bumi pun menjadi makin
panas, sehingga menyebabkan beberapa makhluk hidup kesulitan untuk menyesuaikan
diri. Keseimbangan lingkungan menjadi terganggu. Faktor kelima adalah
pengeboran minyak bumi. Pengeboran minyak bumi dapat merusakan lingkungan
terutama di laut. Pencemaran akan makin parah jika selama prose pengeboran dan
pengangkutan terjadi kebocoran. Kebocoran itu membuat laut menjadi tercemar,
dan menyebabkan banyak biota-biota laut yang teracuni oleh zat-zat yang sedang
dibor. Faktor selanjutnya adalah perusakan terumbu karang. Terumbu karang
memiliki bentuk dan warna yang indah. Itulah sebabnya, ada sebagian orang
mengambil terumbu karang untuk dijadian hiasan. Akibatnya ikan-ikan di laut
kahilangan tempat tinggal. Jika dibiarkan, lama-kelamaan ikan yang bertempat
tinggal di terumbu karang dapat punah karena sudah tidak ada tempat yang dapat
digunakan untuk mempertahankan dirinya dari serangan predator ataupun untuk
kegiatan lainnya. Faktor yang terkhir adalah pembuangan limbah sampah. Jika
pengolahan sampah tidak dilakukan dengan benar, terjadilah kerusakan
lingkungan. Sungai yang kotor dan berbau busuk merupakan hasil pembuangan
sampah dan limbah di sungai. Lingkungan sungai rusak dan hewan yang hidup di
dalamnya mati karena keracunan limbah-limbah dan sampah tersebut.
VIII.
Penutup
8.1
Kesimpulan
Ekosistem adalah
suatu sistem di alam di mana di dalamnya terjadi hubungan timbale balik antara
organisme dengan organisme yang lainnya, serta kondisi lingkungannya. Ekosistem
lengkap terdiri atas komponen abiotik dan biotik. Keduanya saling berinteraksi
secara langsung maupun tidak langsung, serta saling mempengaruhi satu sama
lain.
8.2
Saran
Sebaiknya
para mahasiswa mengetahui dengan mendalam mengenai bab ekosistem ini. Karena
disinilah kita hidup dan berinteraksi dengan segala ciptaan Tuhan, agar tidak
saling merugikan satu sama lain.
Daftar Pustaka
Aryulina, Dyah. 2004. Biologi I. Jakarta : Erlangga.
Campbell, Neil. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3.
Jakarta: Erlangga.
Hutagalung. 2010. Ekologi Dasar. Jakarta : PT Pustaka.
Indriyanto. 2010. Ekologi Hutan. Jakarta : Bumi Aksara.
Waluyo, Joko. 2013. Petunjuk Praktikum Biologi Umum. Jember : Jember University Press.
Nebel,
B. J. 1981. Environmental Science, the
way the world works. Englewood Cliffs: Prentice-Hall, Inc.
Odum,
E. HLM. 1993. Dasar-Dasar Ekologi.
Terjemahan oleh Tjahjono Samingan dari buku Fundamentals
of Ecology. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Purnomo,
dkk. 2005. Biologi. Jakarta : Sunda
Kelapa Muda Pustaka.
Rahmawati,
Zuliana. 2012. 50 Reaksi Biologi.
Jakarta Timur: Nectar.
Resosoedarmo, S., K. Kartawinata,
dan A Soegiarto. 1986. Pengantar Ekologi.
Bandung : Remadja Rosda Karya.
Sedhana,
Made. 1983. Ekologi Tumbuhan. Jember
: Universitas Jember.
Soemarwoto,
Idjah. 1980. Biologi Umum, Biosfer, Aneka
Makhluk Hidup. Jakarta : PT. Gramedia.
Soemarwoto,
O. 1983. Ekologi Lingkungan Hidup dan
Pembangunan. Jakarta : Penerbit Djambatan.
Sudarmadji.
2004. Pengantar Ilmu Lingkungan.
Jember : Universitas Jember.
Syamsuri,
Istamar. 2004. Biologi. Jakarta :
Erlangga.
Tim Dosen Pembina. 2013. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar.
Jember: Universitas Jember.
0 komentar:
Posting Komentar