LAPORAN
PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR
“PENGUKURAN SUHU MANUSIA”
BIOLOGI DASAR
“PENGUKURAN SUHU MANUSIA”
Oleh:
Nurvita Wahyu Kristanti
130210103080
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2013
I.
Judul
II.
Tujuan
Untuk mengetahui suhu badan makhluk hidup
homoithermal
III.
Dasar Teori
Pengaturan suhu tubuh
(termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen
dari homeostasis.Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin dan
hewan berdarah panas (Suripto, 2010).
Makhluk
homoitermal adalah makhluk yang suhunya tidak atau sedikit sekali dipengaruhi
oleh temperature sekitar.Hal ini dapat terjadi karena adanya mekanisme
pengaturan panas badan yang berpusat pada hipotalamus melalui saraf-saraf
terutama saraf otonom.Di samping tentu adanya pengaruh kelenjar endokrin walau
masih belum jelas peranannya.Mekanisme pengaturan panas adalah dengan menjaga
adanya keseimbangan antara thermogenesis (produksi panas) dengan thermolisis
(pembuangan panas). Produksi panas tergantung dari metabolisme, jadi tergantung
pada proses kimia eksotermal, misalnya otot, menggigil dan lain-lain.
Pembuangan panas adalah dengan cara konduksi, radiasi, konveksi, penguapan, dan
sebagian melalui feses dan urine (Tim Dosen Pembina, 2013 : 21).
Termoregulasi
bergantung pada kemampuan hewan untuk mengontrol pertukaran panas dengan
lingkungannya. Organisme apapun, seperti objek apapun, mempertukarkan panas
melalui empat proses fisik: konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Esensi
termoregulasi adalah mempertahankan laju perolehan panas yang setara dengan
laju kehilangan panas.Pada beberapa mamalia, beberapa dari mekanisme ini
melibatkan sistem integument, lapisan terluar tubuh, yang terdiri dari kulit,
rambut, dan kuku (cakar atau kikil pada beberapa spesies).Salah satu adaptasi
termoregulasi utama pada mamalia dan burung adalah insulasi, yang mengurangi
aliran panas antara hewan dan lingkungan.Sumber-sumber insulasi mencakup
rambut, bulu, dan lapisan lemak yang dibentuk oleh jaringan adipose. Sistem
sirkulasi menjadi rute utama aliran panas antara tubuh bagian interior dan
eksterior (Campbell, 2008 : 16-17).
Manusia
dan binatang menyusui mempunyai kemampuan untuk memelihara suhu tubuh relatif
konstan dan berlawanan dengan suhu lingkungan.Kepentingan dipertahankan suhu
tubuh adalah berhubungan dengan reaksi kimia di dalam tubuh kita. Misalnya kenaikan
suhu tubuh 100
bisa mempercepat proses biologis 2-3 kalinya.
Suhu inti (core temperature) manusia berfluktuasi kurang lebih 10
dalam kegiatan sehari-hari.Misalnya paling
rendah adalah pada waktu pagi hari (jam 4-6) dan mencapai puncaknya pada sore
hari (Suhandi, 2007 : 64).
Kegiatan
metabolisme tubuh adalah sumber utama dan pembentukan atau pemberian panas
tubuh, pembentukan panas dari metabolisme dalam keadaan basal (BMR) +70
keal/jam sedangkan pada waktu kerja (kegiatan otot) naik sampai 20%. Bila dalam
keadaan dingin sesorang menggigil maka produksi panas akan bertambah 5kali
(Sulistiyo, 2006 : 84-86).
Suhu tubuh yang biasa dikatakan
normal berkisar pada 37oC.Namun, sebenarnya tidak ada suhu yang
normal, karena suhu bervariasi dari organ ke organ.Dalam termoregulatorik,
tubuh dapat dianggap sebagai suatu inti di tengah (central core) dengan lapisan
pembungkus di sebelah luar (outer shell).Yang termasuk suhu inti berada pada
organ-organ abdomen dan toraks, sistem saraf pusat serta otot rangka.Suhu inti
internal inilah yang dianggap sebagai suhu tubuh yang harus dipertahankan
kestabilannya.Penambahan panas harus seimbang dengan pengurangan panas agar
suhu inti tetap stabil. Suhu inti mengandung panas total tubuh maka untuk
mempertahankan kandungan panas yang konstan sehingga suhu inti stabil.
Pemasukan panas melalui penambahan panas dari lingkungan eksternal dan produksi
panas internal.Sedangkan pengurangan panas terjadi melalui pengurangan panas
dari permukaan tubuh yang terpejan ke lingkungan eksternal. Biasanya manusia
berada di lingkungan yang suhunya lebih dingin daripada tubuh mereka, sehingga
ia harus terus menerus menghasilkan panas secara internal untuk mempertahankan
suhu tubuhnya. Pembentukan panas akhirnya bergantung pada oksidasi bahan bakar
metabolik yang berasal dari makanan (Isnaeni, 2006).
Karena fungsi sel peka terhadap fluktuasi suhu internal, manusia secara
homeostatis mempertahankan suhu tubuh pada tingkat yang optimal bagi
kelangsungan metabolisme yang stabil.Bahkan peningkatan suhu tubuh sedikit saja
sudah dapat menimbulkan gangguan fungsi saraf dan denaturasi protein yang
ireversibel.Suhu tubuh normal secara tradisional dianggap berada
pada 370C (98,60F).Namun sebenarnya tidak ada suhu tubuh
“normal” karena suhu bervariasi dari organ ke organ.Dari sudut pandang
termoregulatorik, tubuh dapat dianggap sebagai suatu inti di tengah (central
core) dengan lapisan pembungkus di sebelah luar (outer shell). Suhu di inti
bagian dalam yang terdiri dari organ-organ abdomen dan toraks, sistem saraf
pusat, serta otot rangka, umumnya relative konstan sekitar 37,80C
(1000F) .Suhu inti internal inilah yang dianggap sebagai suhu tubuh
dan menjadi subjek pengaturan ketat untuk mempertahankan kestabilannya.Suhu
kulit dapat berfluktuasi antara 200C (680F) dan 400C
(1040F) tanpa mengalami kerusakan.Ini karena suhu kulit sengaja
diubah-ubah sebagai tindakan kontrol untuk membantu mempertahankan agar suhu di
tengah tetap konstan (Sherwood, 2001).
Suhu oral rata-rata adalah 370C (98,60F), dengan
rentang normal 36,10C sampai 37, 0C (97-990F).
Suhu rektum rata-rata sekitar 0,60C (10F) lebih tinggi,
yaitu 37,60C (99,70F), berkisar dari 36,10C
sampai 37,80C (97-1000F). ukuran tersebut bukan merupakan
petunjuk absolute suhu inti internal, yang rata-rata sekitar 37,80C
(1000F). Walaupun suhu inti dipertahankan relatif konstan, terdapat
beberapa faktor yang sedikit dapat mengubahnya, antara lain :
1. Sebagian
besar suhu inti manusia dalam keadaan normal bervariasi sekitar 10C
(1,80F) selama siang hari, dengan tingkat terendah terjadi di pagi
hari sebelum bangun (jam 6-7 pagi) dan titik tertinggi terjadi di sore hari
(jam 5-7 sore). Variasi ini disebabkan oleh irama biologis inheren atau “jam
biologis”.
2. Suhu inti
wanita juga mengalami irama bulanan dalam kaitannya dengan daur haid. Suhu inti
rata-rata 0,50C (0,90F) lebih tinggi selama separuh
terakhir siklus dari saat ovulasi ke haid.
3. Suhu inti
meningkat selama olahraga karena peningkatan luar biasa produksi panas oleh
otot-otot yang berkontraksi. Selama olahraga berat, suhu inti dapat meningkat
sampai setinggi 400C (1040F).
4. Karena
mekanisme pengatur suhu tidak 100% efektif, suhu inti dapat sedikit
berubah-ubah jika tubuh terpajan ke suhu yang ekstrim.
Dengan demikian, suhu inti dapat
bervariasi antara sekitar 35,60C sampai 400C (960F-1040F),
tetapi biasanya menyimpang kurang dari beberapa derajat.Nilai yang relatif
konstan ini dimungkinkan oleh adanya berbagai mekanisme termoregulatorik yang
dikoordinasikan oleh hipotalamus.
Hipotalamus berfungsi sebagai
thermostat tubuh. Hipotalamus sebagai pusat intergrasi termoregulasi tubuh,
menerima informasi aferen mengenai suhu di berbagai bagian tubuh dan memulai
penyesuaian-penyesuaian terkoordinasi yang sangat rumit dalam mekanisme
penambahan atau pengurangan panas sesuai dengan keperluan untuk mengkoreksi
setiap penyimpangan suhu inti dari “patokan normal”. Hipotalamus mampu
berespons terhadap perubahan suhu darah sekecil 0,010C. tingkat
respons hipotalamus terhadap penyimpangan suhu tubuh disesuaikan secara sangat
cermat, sehingga panas yang dihasilkan atau dikeluarkan sangat sesuai dengan
kebutuhan untuk memulihkan suhu ke normal (Isnaeni, 2006).
Untuk membuat penyesuaian-penyesuaian
hingga terjadi keseimbangan antara mekanisme pengurangan panas dan mekanisme
penambahan serta konservasi panas, hipotalamus harus secara terus menerus
mandapat informasi mengenai suhu kulit dan suhu inti melalui reseptor-reseptor
khusus yang peka suhu yang disebut termoreseptor.Termoreseptor perifer
memantau suhu kulit di seluruh tubuh dan menyalurkan informasi mengenai
perubahan suhu permukaan ke hipotalamus. Suhu inti dipantau oleh termoreseptor
sentral, yang terletak di hipotalamus itu sendiri serta di tempat lain di
susunan saraf pusat dan organ-organ abdomen (Isnaeni, 2006).
Di hipotalamus terdapat dua
pusat pengaturan suhu.Regio posterior diaktifkan oleh suhu dingin dan kemudian
memicu refleks-refleks yang memperantarai produksi panas dan konservasi
panas.Regio anterior, yang memperantarai pengurangan panas(Sherwood, 2001).
Bagian otak yang mempengaruhi terhadap pengaturan
suhu tubuh adalah hipotalamus anterion dan hipotalamus posterior.Hipotalamus
anterior berperan meningkatkan hilangnya panas, vasilodatasi dan menimbulkan
keringat.Hipotalamus posterior berfungsi meningkatkan penyimpanan panas,
menurunkan aliran darah, piloenektik, menggigil, meningkatnya produksi panas,
meningkatnya produksi hormon tiroid dan mensekresi epinefrin dan norepnefrin
serta meningkatkan basal metabolism rate. Jika terjadi penurunan suhu tubuh
inti, maka akan terjadi mekanisme homoestatis yang membantu memproduksi panas
melalui mekanisme feel back negative untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke
arah normal (Tortora, 2000).
Pengeluaran
panas (aliran panas eksternal) melalui beberapa mekanisme :
1. Radiasi. Banyaknya panas yang
dipindahkan dari satu tubuh ke lainnya oleh radiasi adalah seperempat fungsi
kekuatan dari suhu tubuh yang beradiasi. Hal ini berlaku untuk kulit, di satu
pihak, dan untuk yang dekat tubuh manusia atau objek, di pihak lain. Bila suatu
objek lebih panas daripada kulit, tubuh mengambil radiasi darinya, tetapi bila
objek lebih dingin (atau bukan suatu tubuh yang beradiasi) maka kulit akan
kehilangan panas dengan cara radiasi.
2. Konduksi panas dari kulit ke udara
sekitar. Ini memerlukan udara yang lebih sejuk daripada kulit, berarti, suatu
gradien suhu harus ada. Macam pengeluaran ini sangat ditingkatkan bila lapisan
udara yang dihangatkan oleh kulit dihilangkan (misalnya, dengan angin
sepoi-sepoi) dan digantikan dengan suatu lapisan yang kering dan lebih sejuk.
3. Radiasi dan konduksi tidak cukup untuk
mencegah pemanasan tubuh selama pengerahan tenaga yang berat atau pada suhu
sekitar yang tinggi. Pada keadaan ini, pengeluaran panas ditingkatkan oleh
evaporasi air (Sibernagl, 1998 : 192).
Temperatur
kulit badan tidak sama di semua tempat, makin banyak berhubungan dengan udara
luar, temperature semakin dipengaruhi oleh temperature sekitar. Temperature
tubuh yang normal sekitar 36
.Temperatur yang
paling mendekati temperature tubuh sebenarnya adalah temperature rektar
(melalui dubur), tetapi kurang praktis dan tidak estetis. Oleh karena itu, yang
sering dikerjakan pengukuran temperature aksilar (melalui ketiak) atau oral
(mulut) (Tim Dosen Pembina, 2013 : 21).
Pengukuran
suhu badan sering sekali dalam klinis. Adanya penyakit infeksi menyebabkan suhu
badan meninggi, juga kelainan kelenjar endokrin menunjukkan perubahan suhu
badan (Tim Dosen Pembina, 2013 : 21).
Suhu diregulasi
oleh sistem saraf dan oleh sistem endokrin.
Sistem saraf
(a) Pendinginan dan pemanasan kulit
merangsang ujung saraf yang sensitive terhadap suhu dengan menghasilkan respons
yang sesuai-menggigil pada dingin, berkeringat pada panas.
(b) Hipotalamus dalam otak berespons
terhadap suhu darah yang lewat di dalam kapiler. Hipotalamus terdiri dari dua
pusat untuk pengaturan panas. Yang satu berespons terhadap peningkatan suhu
dengan menyebabkan vasodilatasi dan kehilangan panas. Yang lain berespons
terhadap penurunan suhu dengan menyebabkan vasokonstriksi dan aktivasi produksi
panas lebih lanjut.
Sistem endokrin
Medulla adrenal
: dingin meningkatkan sekresi adrenalin, yang merangsang metabolisme dan dengan
demikian meningkatkan produksi panas.
Kelenjar tiroid
: dingin meningkatkan sekresi tiroksin, dengan meningkatkan metebolisme dan
produksi panas (Gibson, 2002 : 238-239).
Demam biasanya
terjadi melalui tiga tahap :
(i)
Serangan
menggigil; menggigil berat disebut rigor. Pembuluh darah kulit berkonstriksi
dan kehilangan panas dikurangi sampai minimal.
(ii)
Suhu
meningkat; pembuluh darah berdilatasi, kelenjar keringat biasanya tetap tidak
aktif, proses metabolic ditingkatkan dan terdapat produksi panas yang lenih
besar.
(iii)
Suhu
turun, kehilangan panas lebih besar daripada produksi panas; keringat sangat
banyak (Gibson, 2002 : 240).
IV.
Alat dan Bahan
4.1
Alat
a.
Termometer
klinis
b.
Handuk/lap
bersih
4.2
Bahan
a.
Kapas
steril
b.
Alkohol
70%
c.
Air
es
V.
Langkah Kerja
Membaringkan
badan probandus dengan bagian atas terbuka
|
Menurunkan
suhu thermometer sampai 35ºC
|
Memasukkan
thermometer ke dalam mulut di bawah lidah dengan mulut tertutup
|
Membaca
suhu setelah 10 menit
|
Memasukkan
thermometer ke dalam mulut di bawah lidah, sambil bernafas
|
Membaca
suhu setelah 5 menit dan 10 menit
|
Memasukkan
thermometer ke dalam mulut di bawah lidah, setelah sebelumnya berkumur
dengan air es selama 1 menit
|
Mengeringkan
ketiak dari keringat dengan lengan dirapatkan ke badan
|
Menyelipkan
ujung thermometer di ketiak dengan lengan dirapatkan ke badan
|
Membaca
suhu setelah 10 menit
|
VI.
Hasil Pengamatan
Kel
|
Nama
|
JK
|
U
|
BB
|
TB
|
P1
10mnt
|
P2
|
P3
|
P4
10mnt
|
||
5mnt
|
10mnt
|
5mnt
|
10mnt
|
||||||||
1
|
Kesih Y
|
P
|
19
|
43
|
162
|
37,1
|
37
|
37
|
36,9
|
37
|
36,6
|
2
|
Barid F
|
L
|
19
|
53
|
164
|
36,9
|
36,8
|
36,8
|
36,3
|
36,6
|
36,5
|
3
|
Retno D
|
P
|
18
|
55
|
165
|
36,9
|
36,8
|
36,4
|
35,1
|
36
|
36,4
|
5
|
Rohma V
|
P
|
19
|
50
|
155
|
36,7
|
36,4
|
36,4
|
36,3
|
36,5
|
35,6
|
Keterangan :
Kel : Kelompok
JK : Jenis Kelamin
U : Umur (tahun)
BB : Berat Badan (kg)
TB : Tinggi Badan (cm)
P1 : Pengukuran suhu di mulut/oral tanpa
perlakuan (
)
P2 : Pengukuran suhu di mulut/oral dengan
bernafas (
)
P3 : Pengukuran suhu di mulut/oral setelah
berkumur dengan air es (
)
P4 : Pengukuran suhu di ketiak/aksilar (
)
VII.
Pembahasan
Dalam praktikum kali ini adalah mengenai
Pengukuran Suhu Manusia.Dalam praktikum ini kita memiliki tujuan yaitu untuk
mengetahui suhu badan makhluk hidup homoithermal.Untuk dapat memenuhi tujuan
tersebut, maka kita perlu mempersiapkan segala alat dan bahan yang diperlukan
untuk pelaksanaan praktikum ini. Alat-alat yang dibutuhkan adalah termometer
klinis yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh probandus di bagian mulut atau
oral dengan tanpa perlakuan, pengukuran suhu di mulut dengan bernafas melalui
mulut, pengukuran suhu di mulut setelah berkumur dengan air es serta pengukuran
suhu tubuh melalui ketiak atau aksilar.Dan alat yang kedua adalah handuk/lap
bersih yang digunakan untuk membersihkan ketiak probandus dari keringat. Dalam
pelaksanaan praktikum ini kita juga memerlukan beberapa bahan, yaitu kapas
steril yang digunakan untuk membersihkan thermometer sebelum maupun setelah
digunakan oleh probandus, bahan yang juga sangat dibutuhkan adalah alcohol dan
air es yang digunakan ketika probandus akan diukur suhunya setelah berkumur
dengan air es tersebut.
Untuk
mendapatkan hasil percbaan dan untuk membandingkan hasilnya, kita harus
melakukan beberapa langkah percobaan.Langkah-langkah ini diterapkan kepada
semua probandus tanpa ada perbedaan. Langkah yang pertama adalahmembaringkan
badan probandus dengan bagian atas terbuka, lalu kita menurunkan suhu
thermometer sampai 35ºC, setelah suhu sudah turun kita memasukkan thermometer
ke dalam mulut di bawah lidah probandus dengan mulut tertutup. Setelah 10 menit
kita menunggu kita membaca suhu tubuh probandus.Untuk perlakuan yang kedua,
kita memasukkan thermometer ke dalam mulut di bawah lidah probandus, suhu tubuh
probandus diukur sambil bernafas dengan mulut.Setelah menunggu selama 5 menit,
kita membaca suhu tubuh dari probandus.Lalu dilanjutkan kembali hingga menit
ke-10 kita baca lagi suhu pada probandus, lalu mencatatnya. Untuk perlakuan keempat
kita memasukkan thermometer ke dalam mulut di bawah lidah probandus, setelah
sebelumnya berkumur dengan air es selama 1 menit. Sama seperti sebelumnya,
pengukuran suhu dilakukan pada menit ke 5 dan menit ke 10.Setelah pengukuran
suhu tubuh probandus di bagian mulut telah selesai dilakukan, langkah
selanjutnya kita melakukan pengukuran suhu tubuh di bagian ketiak.Kita harus mengeringkan
ketiak dari keringat probandus menggunakan lap/handuk bersih.Dengan lengan
dirapatkan ke badan, lalu thermometer diapitkan di bagian ketiaknya, lalu kita
membaca suhu setelah 10 menit serta menulis semua hasil pengukuran.
Dalam praktikum kali ini terdapat 4
orang yang menjadi probandus, yaitu Kesih Y, Barid F, Retno D dan Rohma V.
Kesih adalah seorang perempuan yang berumur 19 tahun, memiliki berat badan
sebesar 43 kg, dan memiliki tinggi badan 162 cm. Ketika dilakukan pengukuran
suhu di bagian mulutnya dengan menggunakan thermometer selama 10 menit ternyata
suhu tubuhnya adalah 37,1
. Kemudian,
dilakukan pengukuran suhu badan melalui mulutnya lagi namun diselingi dengan
bernafas menggunakan mulut selama 5 menit, didapatkan hasil pengukuran suhu
sebesar 37
, dilanjutkan
pada menit ke 10, suhu tubuh dari Kesih adalah sama yaitu 37
. Setelah itu,
suhu tubuh Kesih diukur lagi di bagian mulut namun sebelumnya ia harus berkumur
terlebih dahulu dengan air dingin. Setelah berkumur selama 1 menit, thermometer
klinis dipasang lagi di mulutnya, setelah 5 menit ternyata suhu tubuhnya adalah
36,9
, dilanjutkan
pada menit ke 10, suhu tubuh Kesih bertambah 0,1
menjadi 37
.Dan pengukuran
suhu tubuh yang terakhir adalah di bagian ketiak.Sebelumnya, ketiak Kesih harus
di bersihkan dulu dari keringat menggunakan lap atau handuk bersih.Setelah itu,
thermometer diselipkan di ketiak Kesih dengan lengan dirapatkan ke
badan.Setelah 10 menit, kita baca suhu di thermometer. Suhu tubuh Kesih saat
itu ternyata 36,6
.
Probandus yang kedua adalah Barid. Barid
adalah seorang laki-laki yang berumur 19 tahun, memiliki berat badan sebesar 53
kg, dan memiliki tinggi badan 164 cm. Ketika dilakukan pengukuran suhu di
bagian mulutnya dengan menggunakan thermometer selama 10 menit ternyata suhu
tubuhnya adalah 36,9
. Kemudian,
dilakukan pengukuran suhu badan melalui mulutnya lagi namun diselingi dengan
bernafas menggunakan mulut selama 5 menit, didapatkan hasil pengukuran suhu
sebesar 36,8
, dilanjutkan
pada menit ke 10, suhu tubuh dari Barid adalah sama yaitu 36,8
. Setelah itu,
suhu tubuh Barid diukur lagi di bagian mulut namun sebelumnya ia harus berkumur
terlebih dahulu dengan air dingin. Setelah berkumur selama 1 menit, thermometer
klinis dipasang lagi di mulutnya, setelah 5 menit ternyata suhu tubuhnya turun
sebesar 0,5
, menjadi 36,3
, dilanjutkan
pada menit ke 10, suhu tubuh Barid naik sebesar 0,3
menjadi 36,6
. Dan pengukuran
suhu tubuh yang terakhir adalah di bagian ketiak.Sebelumnya, ketiak Barid harus
di bersihkan dulu dari keringat menggunakan lap atau handuk bersih.Setelah itu,
thermometer diselipkan di ketiak Barid dengan lengan dirapatkan ke
badan.Setelah 10 menit, kita baca suhu di thermometer. Suhu tubuh Barid saat
itu ternyata 36,5
.
Probandus yang ketiga adalah Retno.Retno
adalah seorang perempuan yang berumur 18 tahun, memiliki berat badan sebesar 55
kg, dan memiliki tinggi badan 165 cm. Ketika dilakukan pengukuran suhu di
bagian mulutnya dengan menggunakan thermometer selama 10 menit ternyata suhu
tubuhnya adalah 36,9
. Kemudian,
dilakukan pengukuran suhu badan melalui mulutnya lagi namun diselingi dengan
bernafas menggunakan mulut selama 5 menit, didapatkan hasil pengukuran suhu
sebesar 36,8
, dilanjutkan
pada menit ke 10, suhu tubuh dari Retnoturun 0,4
menjadi 36,4
. Setelah itu,
suhu tubuh Barid diukur lagi di bagian mulut namun sebelumnya ia harus berkumur
terlebih dahulu dengan air dingin. Setelah berkumur selama 1 menit, thermometer
klinis dipasang lagi di mulutnya, setelah 5 menit ternyata suhu tubuhnya turun
menjadi 35,1
, dilanjutkan
pada menit ke 10, suhu tubuh Retno naik menjadi 36
. Dan pengukuran
suhu tubuh yang terakhir adalah di bagian ketiak.Sebelumnya, ketiak Retno harus
di bersihkan dulu dari keringat menggunakan lap atau handuk bersih.Setelah itu,
thermometer diselipkan di ketiak Retno dengan lengan dirapatkan ke
badan.Setelah 10 menit, kita baca suhu di thermometer. Suhu tubuh Retno saat
itu ternyata 36,4
.
Probandus yang terakhir adalah Rohma. Rohma
adalah seorang perempuan yang berumur 19 tahun, memiliki berat badan sebesar 50
kg, dan memiliki tinggi badan 155 cm. Ketika dilakukan pengukuran suhu di
bagian mulutnya dengan menggunakan thermometer selama 10 menit ternyata suhu
tubuhnya adalah 36,7
. Kemudian,
dilakukan pengukuran suhu badan melalui mulutnya lagi namun diselingi dengan
bernafas menggunakan mulut selama 5 menit, didapatkan hasil pengukuran suhu
sebesar 36,4
, dilanjutkan
pada menit ke 10, suhu tubuh dari Retno tetap 36,4
. Setelah itu,
suhu tubuh Rohma diukur lagi di bagian mulut namun sebelumnya ia harus berkumur
terlebih dahulu dengan air dingin. Setelah berkumur selama 1 menit, thermometer
klinis dipasang lagi di mulutnya, setelah 5 menit ternyata suhu tubuhnya turun
menjadi 36,3
, dilanjutkan
pada menit ke 10, suhu tubuh Rohma naik menjadi 36,5
. Dan pengukuran
suhu tubuh yang terakhir adalah di bagian ketiak.Sebelumnya, ketiak Rohma harus
di bersihkan dulu dari keringat menggunakan lap atau handuk bersih.Setelah itu,
thermometer diselipkan di ketiak Rohma dengan lengan dirapatkan ke
badan.Setelah 10 menit, kita baca suhu di thermometer. Suhu tubuh Rohma saat
itu ternyata 35,6
.
Dari hasil praktikum di atas, dapat kita ketahui
bahwa semua probandus memiliki suhu tubuh normal, yaitu antara kurang lebih 36
-37
.Setelah
dilakukan percobaan yang kedua yaitu ketika suhu tubuh diukur melalui mulut
sambil bernafas, ternyata suhu tubuh probandus mengalami penurunan meskipun
hanya sedikit. Kesih dan Barid mengalami penurunan suhu sebesar 0,1
, Retno
mengalami penurunan suhu sebesar 0,1
di menit ke 5 dan turun lagi sebesar 0,4
di menit ke 10. Begitu pula Rohma, mengalami
penurunan suhu sebesar 0,3
.Hal ini terjadi
karena suhu tubuh probandus melakukan penyesuaian dengan suhu tubuh di luar
tubuh yang memiliki temperature lebih rendah.Disini terjadi
pertukaran panas tubuh dengan lingkungan secara konveksi, yaitu tubuh kehilangan panas melalui konduksi ke udara
sekeliling yang lebih dingin. Udara yang berkontak dengan tubuh melalui mulut
menjadi lebih hangat dan karenanya menjadi lebih ringan dibanding udara dingin.
Udara yang lebih hangat ini bergerak ke atas dan digantikan dengan udara yang
lebih dingin.
Pada perlakuan ketiga, yaitu mengukur suhu tubuh
melalui mulut setelah berkumur dengan air es selama 1 menit, suhu tubuh Kesih
mengalami penurunan lagi pada menit ke 5 menjadi 36,9
dan kembali ke suhu 37
pada menit ke 10. Pada menit ke 5 suhu tubuh
Barid menjadi 36,3
dan 36,6 di menit ke 10. Suhu tubuh Retno
menurun hingga 0,7
pada menit ke 5 menjadi 35,1
dan naik kembali ke 36
pada menit ke 10. Rohma juga mengalami
penurunan suhu menjadi 36,3
pada menit ke 5 dan 36,5 pada menit ke 10.
Dari hasil pengukuran tersebut dapat kita simpulkan bahwa saat menit ke 5 awal,
tubuh menyesuaikan dengan keadaan suhu es yang ada di mulut, sehingga suhunya
menurun.Namun pada menit ke 10 suhu probandus mengalami kenaikan, hal ini
disebabkan bahwa homeostatis tubuh telah melakukan penyesuaian sehingga kembali
mengalami kenaikan suhu di dalam tubuh.Disini terjadi pertukaran panas tubuh
secara konduksi, yaitu
perpindahan panas tubuh dengan benda (dalam hal ini air es) yang berbeda
suhunya karena terjadi kontak secara langsung. Sewaktu berkumur dengan air es,
tubuh kehilangan panasnya karena panas dipindahkan secara langsung ke air es
yang suhunya lebih rendah. Kemudian suhu oral, yang lebih rendah, yang diukur
merupakan suhu kesetimbangan. Ini artinya apabila suhu lingkungan
dingin, maka tubuh akan memproduksi panas yang berasal posterior hipotalamus.
Dari hasil pengukuran suhu tubuh di
bagian ketiak, dapat kita simpulkan bahwa suhu tubuh probandus di bagian
ketiak/aksilar memiliki suhu yang lebih rendah dibandingkan dengan suhu tubuh
di bagian mulut/oral. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa temperature kulit
badan kita tidak sama di semua tempat, makin banyak berhubungan dengan udara
luar, temperature semakin dipengaruhi oleh temperature sekitar. Mulut lebih
banyak berhubungan dengan udara luar dibandingkan dengan ketiak, sehingga
suhunya juga lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan.
Volume sel dalam tubuh manusia sangat
berpengaruh dalam perubahan suhu tubuh karena berpengaruh terhadap
metabolisme.Volume sel ini berkenaan dengan tinggi badan dan berat badan.
Probandus yang berat dan tinggi, maka akan memiliki cadangan lemak yang lebih
banyak dibandingkan dengan probandus yang kurus dan pendek. Sehingga suhu tubuh
probandus yang berat dan tinggi lebih hangat dibandingkan yang kurus dan
pendek.
Sedangkan probandus yang berjenis
kelamin Pria memiliki suhu tubuh yang lebih hangat dibandingkan yang perempuan,
karena pengaruh hormone dan aktivitas.Aktivitas seorang laki-laki biasanya
lebih padat dibandingkan dengan perempuan.
Probandus yang ada dalam praktikum kali
ini berada pada usia remaja, dan suhu tubuhnya cenderung akan lebih normal
dibandingkan dengan yang masih kanak-kanak dan juga lansia.
Homeostasis adalah suatu kondisi
keseimbangan internal yang ideal, di mana semua sistem tubuh bekerja dan
berinteraksi dalam cara yang tepat untuk memenuhi semua kebutuhan dari tubuh.
Semua organisme hidup berusaha untuk homeostasis. Ketika homeostasis terganggu
(misalnya sebagai respon terhadap stressor), tubuh mencoba untuk
mengembalikannya dengan menyesuaikan satu atau lebih proses fisiologis dari
mulai pelepasan hormon-hormon sampai reaksi fisik seperti berkeringat atau
terengah-engah. Sebagai contoh sederhana dari homeostasis, tubuh manusia
menggunakan beberapa proses untuk mengatur suhu agar tetap dalam rentang yang
optimal untuk kesehatan. Kenaikan atau penurunan suhu tubuh mencerminkan
ketidakmampuan untuk mempertahankan homeostasis, dan masalah terkait.Stres
berat atau lama dapat menyebabkan ketidakseimbangan parah kondisi keseimbangan
ini.Hal ini dapat menyebabkan tidak hanya tekanan psikologis tetapi juga
gangguan psikosomatis.
Homeostasis
adalah mekanisme yang mengusahakan agar suatu komponen dalam tubuh tetap.
Contohnya, ketika suhu tubuh terlalu panas tubuh akan mendinginkannya dengan
cara seperti mempersempit pembuluh darah. Contoh yang berhubungan dengan
penyakit contohnya demam. Demam menggangu proses homeostasis suhu yang
mengakibatkan kita selalu mengeluarkan panas dari tubuh sehingga kita merasa
dingin meskipun suhu tubuh kita panas.
Dalam
keadaan homeostase yang terjaga, suhu normal tubuh manusia adalah 36,5º. Dalam
cuaca yang panas, agar supaya suhu tubuh tetap terjaga pada kondisi homeostase,
terjadi reaksi homeostasis berupa pembuangan panas tubuh melalui berkeringat
dan pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) pada kulit sehingga wajah dan kulit
memerah, rasa haus agar banyak minum sehingga terjadi pendinginan badan di
samping mengganti kembali cairan yang banyak keluar, nafsu makan berkurang agar
tidak terjadi peningkatan metabolisme yang menghasilkan panas, rasa lesu dan
kantuk agar badan beristirahat sehingga mengurangi metabolisme, dsb.
Suhu
tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat.Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh.Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam
keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh.Suhu tubuh manusia diatur
dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan
suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh
yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan
balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh
untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point).Titik tetap
tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh
meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk melakukan
serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi
panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik
tetap. Upaya-upaya yang kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu
mengenakan pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres,
beri obat penurun panas. Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam
upaya menurunkan suhu tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat
kering (buli-buli), kompres dingin basah, kompres dingin kering (kirbat es),
bantal dan selimut listrik, lampu penyinaran, busur panas.
Ambang
batas tertinggi masih dapat ditolerir sepanjang suhu tersebut tidak memiliki
kecenderungan untuk meningkat.Ketika suhu badan mencapai ambang batas, sudah
selayaknya hal tersebut mendapat perhatian sehingga kemungkinan melampaui ambang
batas dapat dihindarkan.
Bagian
otak yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh adalah hipotalamus
anterior dan hipotalamus posterior.Hipotalamus
posteriormerupakan pusat pengatur yang bertugas meningkatkan produksi
panas dan mengurangi pengeluaran panas. Bila suhu luar lebih rendah
pembentukan panas akan dilakukan dengan meningkatkan metabolisme, dengan
mekanisme kontraksi otot/menggigil, pengeluaran panas akan dikurangi dengan
vasokonstriksi (memperkecil) pembuluh darah kulit dan perangsangan produksi
keringat. Hipotalamus anterior
merupakan pusat pengatur pengeluaran panas. Bila suhu di luar tubuh lebih
tinggi maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan cara vasodilatasi
(melebarkan), evaporasi(berkeringat), radiasi (dipancarkan), kontak (bersinggungan/kompres),
aliran (dari daerah panas ke dingin), dan konveksi. Pengaturan suhu tubuh
terjadi secara terpadu di hipotalamus berdasarkan sinyal yang diterima dari
kulit dan suhu inti tubuh.
Bila termoreseptor di kulit menerima rangsang dingin
, maka oleh neuron yang sensitif terhadap dingin (cold-sensitive neuron) sinyal
ini akan diteruskan ke hipotalamus. Bila akumulasi suhu yang terjadi di
hipotalamus sudah melebihi batas minimal yang dapat ditoleransi, maka tubuh
akan mengadakan adaptasi perilaku seperti memakai selimut, baju hangat, atau
sarung tangan. Mekanisme tubuh lainnya untuk mengatasi batas minimal yang sudah
tidak dapat ditoleransi ini juga dapat terjadi melalui aktivasi saraf motorik
yang mengakibatkan terjadinya kontraksi otot rangka seperti menggigil dengan
akibat produksi panas akan bertambah dan atau aktivasi sistem saraf simpatis
yang mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah kulit.
Vasokonstriksi pembuluh darah kulit ini akan mengurangi darah dan panas tubuh
yang mengalir ke permukaan tubuh sehingga proses penguapan melalui kulit dan
pengeluaran panas melalui radiasi dan konduksi berkurang (konservasi panas).Hal
ini akan mempertahankan panas di dalam tubuh tetap terjaga sehingga tubuh
kembali hangat. Bila termoreseptor di kulit menerima rangsang panas, maka oleh
neuron yang sensitif terhadap panas (warm-sensitive neuron) akan diteruskan ke
hipotalamus. Bila suhu yang terjadi di hipotalamus sudah melebihi Batas
maksimal yang dapat ditoleransi maka tubuh akan melakukan adaptasi perilaku
seperti membuka kancing baju, memakai kaus tipis atau membuka baju. Mekanisme
lainnya untuk mengatasi Batas maksimal yang sudah tidak dapat ditoleransi ini
adalah dengan mengaktivasi sistem saraf simpatik yang selanjutnya akan terjadi
vasodilatasi pembuluh darah kulit sehingga banyak darah dan panas tubuh
mengalir ke permukaan tubuh, dan hal ini akan menyebabkan pengeluaran panas
tubuh melalui penguapan, radiasi, dan konduksi melalui kulit meningkat sehingga
suhu tubuh kembali turun (aktivasi sistem saraf simpatis ini juga dapat
merangsang kelenjar keringat, sehingga produksi keringat bertambah)
Saat kita minum air es, tubuh
bekerja cukup berat untuk menyesuaikan suhu air dingin dengan suhu tubuh
dibandingkan kita minum air hangat. Karena tubuh akan berusaha menyesuaikan
suhunya dengan suhu tubuh, metabolisme akan meningkat dan membantu pembakaran
lemak.Perubahan suhu udara banyak berpengaruh
pada tubuh, karena tubuh kita secara otomatis akan berusaha keras menyesuaikan
dengan temperatur sekitar.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suhu Badan
Berikut ini adalah faktor-faktor
yang mempengaruhi besarnya suhu badan:
1.
Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan
metabolisme basal tiap individu berbeda-beda.Hal ini memberi dampak jumlah
panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula.Sebagaimana disebutkan pada
uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
2. Rangsangan
saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat
menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100% lebih cepat.Disamping itu,
rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan
untuk dimetabolisme.Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi
panas.Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang
menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan
metabolisme.
Selama exercise atau situasi penuh stress, bagian
simpatis dari system syaraf otonom terstimulasi. Neuron-neuron postganglionik
melepaskan norepinephrine (NE) dan juga merangsang pelepasan hormon epinephrine
dan norephinephrine (NE) oleh medulla adrenal sehingga meningkatkan metabolisme
rate dari sel tubuh.
3.
Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan ( growth hormone
) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya,
produksi panas tubuh juga meningkat.
4.
Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan
aktivitas hampir semua reaksi kimia dalam tubuh sehingga peningkatan kadar
tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.
5.
Hormone kelamin
Hormone kelamin pria dapat
meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-15% kecepatan normal,
menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih
bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone progesterone pada
masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3– 0,6°C di atas suhu basal.
Jenis
kelamin mempengaruhi suhu tubuh. Kenaikan hormon progesterone selama proses
ovulasi pada wanita akan meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3-0,5 °C. Begitu
juga estrogen dan testoteron akan meningkatkan metabolisme. Wanita biasanya
lebih mampu mempertahankan suhu tubuh dibanding pria.
6.
Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat
menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu
10°C.
7.
Status gizi
Malnutrisi
yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 – 30%.Hal ini terjadi
karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk mengadakan
metabolisme.Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah mengalami
penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak
tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan
isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga
kecepatan jaringan yang lain.
8.
Aktivitas
Aktivitas selain merangsang
peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan antar komponen otot / organ
yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu
tubuh hingga 38,3 – 40,0 °C.Semakin beratnya aktivitas maka suhunya
akan meningkat 15 x, sedangkan pada atlet dapat meningkat menjadi 20 x dari
basal ratenya.
9.
Gangguan organ
Kerusakan
organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan
mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan.Berbagai zat pirogen yang
dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu
tubuh.Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat
menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
10. Lingkungan
Suhu tubuh
dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat hilang
atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya,
lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia.Perpindahan suhu antara manusia
dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
Proses
kehilangan panas melalui kulit dimungkinkan karena panas diedarkan melalui
pembuluh darah dan juga disuplai langsung ke fleksus arteri kecil melalui
anastomosis arteriovenosa yang mengandung banyak otot. Kecepatan aliran dalam
fleksus arteriovenosa yang cukup tinggi (kadang mencapai 30% total curah
jantung) akan menyebabkan konduksi panas dari inti tubuh ke kulit menjadi
sangat efisien. Dengan demikian, kulit merupakan radiator panas yang efektif
untuk keseimbangan suhu tubuh.
Mekanisme kontrol suhu tubuh akan dipengaruhi oleh suku
disekitar. Walaupun terjadi perubahan suhu tubuh, tetapi tubuh mempunyai
mekanisme homeostasis yang dapat dipertahankan dalam rentang normal. Suhu tubuh
yang normal adalah mendekati suhu tubuh inti yaitu sekitar 37 0 C. suhu tubuh
manusia mengalami fluktuasi sebesar 0,5 – 0,7 0 C, suhu terendah pada malam
hari dan suhu tertinggi pada siang hari. Panas yang diproduksikan harus sesuai
dengan panas yang hilang.
11. Hormon
(Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah pengatur pengatur
utama basal metabolisme rate. Hormon lain adalah testoteron, insulin, dan
hormon pertumbuhan dapat meningkatkan metabolisme rate 5-15%.
12. Suhu tubuh
Meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan metabolisme
rate, setiap peningkatan 1 % suhu tubuh inti akan meningkatkan kecepatan reaksi
biokimia 10 %.
13. Usia
Pada saat lahir, mekanisme kontrol suhu masih imatur.
Produksi panas meningkatseiring dengan pertumbuhan bayi memasuki masa
anak-anak. Regulasi suhu akannormal setelah anak mencapai pubertas.Lansia
sensitif terhadap suhu yang ekstrem akibat turunnya mekanisme kontrolsuhu
(terutama kontrol vasomotor), penurunan jumlah jaringan subkutan,penurunan
aktivitas kelenjar keringat, penurunan metabolisme.
14. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dan
metabolisme lemak dankarbohidrat.
15.
Irama sirkardian
Suhu tubuh
berubah secara normal 0,5-1 derajat Celcius selama periode 24 jam.suhu tubuh
rendah antara pukul 01:00 dan 04:00 dini hari.
16.
Stres
Stress fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui
stimulasi hormonal dan persyarafan
17. Emosi
Tingginya
emosi akan mempengaruhi tingginya suhu tubuh. Sebaliknya keadaan depresi akan
menurunkan suhu tubuh.
Asal Panas Pada Tubuh Manusia
Pembentukan
panas (heat production) dalam tubuh manusia bergantung pada tingkat metabolisme
yang terjadi dalam jaringan tubuh tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh:
1. BMR, terutama
terkait dengan sekresi hormon tiroid.
2. Aktivitas otot,
terjadi penggunaan energi menjadi kerja dan menghasilkan panas.
3. Termogenesis menggigil (shivering
thermogenesis); aktivitas otot. Laju cadangan
metabolisme yang disebabkan aktivitas otot
4. Termogenesis
tak-menggigil (non-shivering thermogenesis) Hal ini terjadi pada bayi baru
lahir.
5. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan
sebagian kecil hormon lain, misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone
dan testosteron).
6. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine,
norepineprine, dan rangsangan simpatis pada sel.
7. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi
di dalam sel itu sendiri terutama bila temperatur menurun.
Macam – macam suhu tubuh
Macam-macam
suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas 2007) :
Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C
Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 – 37,5°C
Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 – 40°C
Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
Berdasarkan
distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur),
yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga
abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan
(sekitar 37°C). selain itu, ada suhu permukaan (surface temperatur),
yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini
biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C.
Sistem
Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur
dengan menggunakan thermometer yang dapat di bagi beberapa standar penilaian
suhu, antara lain : normal, hipertermi, hipotermi, dan febris.
Suhu dapat di bagi, antara lain:
1. Suhu inti (core
temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada,
abdomen) dan C.°dipertahankan mendekati 37
2. Suhu kulit
(shell temperature) Suhu kulit menggambarkan suhu kulit tubuh, jaringan
subkutan, batang tubuh. Suhu ini berfluktuasi dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
3. Suhu tubuh
rata-rata (mean body temperature) merupakan suhu rata-rata gabungan suhu inti
dan suhu kulit.
Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah
1.
Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh
meningkat yaitu :
a.
Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah
perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh. Vasodilatasi ini disebabkan
oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang menyebabkan
vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada kulit, yang
memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan
kali lipat lebih banyak.
b. Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui
kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati batas kritis, yaitu
37°C. pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran panas melalui
evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran
keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan
dari metabolisme basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat merupakan salh
satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis. Pengeluaran
keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area preoptik anterior
hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian
menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang
produksi keringat. Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena
rangsangan dari epinefrin dan norefineprin.
c.
Penurunan pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan
menggigil dihambat dengan kuat.
2.
Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh
menurun, yaitu :
a.
Vasokontriksi kulit di seluruh
tubuh
Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus
posterior.
b.
Piloereksi
Rangsangan
simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel rambut
berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada binatang tingkat
rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap
lingkungan.
c.
Peningkatan pembentukan panas
Pembentukan panas oleh sistem
metabolisme meningkat melalui mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat
rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin.
Gangguan Pengaturan Suhu Tubuh
Diantaranya disebabkan oleh:
1.
Demam
Demam merupakan mekanisme
pertahanan yang penting. Peningkatan ringan suhu sampai 39°C meningkatkan
sistem imun tubuh. Demam juga meruapakan bentuk pertarungan akibat infeksi
karena virus menstimulasi interferon (substansi yang bersifat melawan
virus).Pola demam berbeda bergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan
jumlah pirogen berakibat puncak demam dan turun dalam waktu yang berbeda.Selama
demam, metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah. Metabolisme tubuh
meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu. Frekuensi jantung dan
pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh terhadap nutrient.
Metabolisme yang meningkat menggunakan energi yang memproduksi panas tambahan.
2.
Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang
banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.
Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan gejala kurang volume
cairan adalah hal yang umum selama kelelahan akibat panas. Tindakan pertama
yaitu memindahkan klien ke lingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki
keseimbangan cairan dan elektrolit.
3.
Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan
tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas
adalah hipertermia. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat
mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Hipertermia malignan adalah kondisi
bawaan tidak dapat mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika orang yang
rentan menggunakan obat-obatan anastetik tertentu.
4.
Heat stroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan
dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini
disebut heat stroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka
mortalitas yang tinggi. Klien beresiko termasuk yang masih sangat muda atau
sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes
atau alkoholik. Yang termasuk beresiko adalah orang yang mengkonsumsi obat yang
menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas dan mereka yang menjalani
latihan olahraga atau kerja yang berat. Tanda dan gejala heatstroke termasuk
gamang, konfusi, delirium, sangat haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan
bahkan inkontinensia. Tanda lain yang paling penting adalah kulit yang hangat
dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangan
elektrolit sangat berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu yang
lebih besar dari 40,5°C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua
organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi 45°C,
takikardia dan hipotensi. Otak mungkin merupakan organ yang terlebih dahulu
terkena karena sensitivitasnya terhadap keseimbangan elektrolit. Jika kondisi
terus berlanjut, klien menjadi tidak sadar, pupil tidak reaktif. Terjai
kerusakan neurologis yang permanen kecuali jika tindakan pendinginan segera
dimulai.
5.
Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan
terus-menerus terhadap dingin memengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi
panas sehingga akan mengakibatakan hipotermia.
Tingkatan hipotermia
~ Ringan 34,6 -
36,5°C per rektal
~ Sedang 28,0 -
33,5°C per rektal
~ Berat 17,0 -
27,5°C per rektal
~ Sangat berat
4,0 - 16,5°C per rektal
Hipotermia
aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama
beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35°C, orang yang mengalami
hipotermia mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi,
dan tidak mampu menilai. Jika suhu tubuh turun dibawah 34,4°c, frekuensi
jantung, pernapasan, dan tekanan darah turun. Jika hipotermia terus
berlangsung, disritmia jantung akan berlangsung, kehilangan kesadaran, dan
tidak responsif terhadap stimulus nyeri.
Mekanisme Kehilangan Panas Melalui Kulit
a.
Radiasi
Radiasi
adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas
inframerah.Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang
gelombang 5 – 20 mikrometer.Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala
penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada
kulit (60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas. Panas adalah energi
kinetic pada gerakan molekul.Sebagian besar energi pada gerakan ini dapat di
pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara
bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi
pertukaran panas, yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga udara
baru yang suhunya lebih dingin dari suhu tubuh.
b.
Konduksi
Konduksi
adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda yang
ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme
konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan
suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar
langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara,
dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat
terjadi secara efektif terus menerus.
c.
Evaporasi
Evaporasi (
penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap
satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh
sebesar 0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme
evaporasi berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari.Hal ini menyebabkan kehilangan
panas terus menerus dengan kecepatan 12 – 16 kalori per jam.Evaporasi ini tidak
dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara
terus menerus melalui kulit dan system pernafasan.
d. Konveksi
Perpindahan panas dengan perantaraan
gerakan molekul, gas atau cairan. Misalnya pada waktu dingin udara yang
diikat/dilekat pada tubuh akanàmenjadi dipanaskan (dengan melalui
konduksi dan radiasi) kurang padat, naik dan diganti udara yang lebih dingin.
Biasanya ini kurang berperan dalam pertukaran panas.
VIII. Penutup
8.1
Kesimpulan
Suhu
mengacu pada derajat panas atau dinginnya suatu zat.Manusia adalah Homeothermik
yaitu berdarah panas sehingga suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi
perubahan lingkungan.Suhu normal tubuh manusia adalah 36
-37
.Pengukuran suhu
tubuh manusia dapat dilakukan di rectal, aksial, dan oral karena memiliki suhu
tubuh paling dekat dengan suhu tubuh. Banyak faktor yang mempengaruhi suhu
tubuh manusia, seperti usia, jenis kelamin, hormone, berat badan, tinggi badan
dan lain.lain.
8.2 Saran
Untuk praktikan, sebaiknya mempelajari
mengenai pengukuran suhu ini dengan baik, karena hal ini sangat penting bagi
kesehatan kita.Dan untuk petugas laboratorium, sebaiknya memperbaiki atau
menambah alat-alat pengukur suhu, agar dalam pelaksanaan praktikum tidak
mendapatkan kendala dan dapat berjalan lancar.
Daftar Pustaka
Campbell,
Neil. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid
3. Jakarta: Erlangga.
Gibson,
John. 2002. Fisiologi & Anatomi
Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Bandung :
PT. Rineka Cipta.
Sherwood, Lauralee. 1996.
Fisiologi Manusia. Jakarta: ECG.
Silbernagl, Stefan dan Agamemnon Despopoulos. 1998. Atlas Berwarna & Teks FisiologiJakarta
: Hipokrates.
Suhandi,
Iwan. 2007. Biologi. Jakarta : Widya
Gamma.
Sulistiyo.
2006. Bahan Ajar Fisika. Jakarta :
Gunung Ilmu.
Suripto.
2010. Fisiologi Hewan. Bandung : Penerbit ITB.
Tim Dosen Pembina.
2012. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar.
Jember: Universitas Jember
Tortora,
J.T. 2000.Principles of Anatomy and
Physiology.Toronto : Jch wiley.
1 komentar:
artikel yang bagus
Posting Komentar